Pemimpin Yang Muslim
قال رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : فَمَنْ وَلِيَ شَيْئًا مِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَاسْتَطَاعَ، أَنْ يَضُرَّ فِيهِ أَحَدًا، أَوْ يَنْفَعَ فِيهِ أَحَدًا، فَلْيَقْبَلْ مِنْ مُحْسِنِهِمْ، وَيَتَجَاوَزْ عَنْ مُسِيِّهِمْ.
(صحيح البخاري)
Sabda Rasulullah SAW: “Maka siapapun yang menjadi pemimpin dari Ummat Muhammad SAW, maka ia berbuat semampunya, lalu membawa dampak buruk pada seseorang, lalu membawa dampak baik pada orang lain, maka terimalah kebaikannya dan maklumilah kesalahannya” (Shahih Bukhari)
قَالَ رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ رَأَى مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَصْبِرْ عَلَيْهِ فَإِنَّهُ مَنْ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ شِبْرًا فَمَاتَ إِلَّا مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً
(صحيح البخاري)
Sabda Rasulullah SAW: “Barangsiapa melihat pada pemimpinnya sesuatu yang ia benci, hendaknya ia bersabar akan perbuatan pemimpinnya, maka sungguh siapa yang memisahkan diri dari kelompok muslimin (yang dipimpin oleh pemimpin tsb), lalu ia wafat (dalam keadaan memisahkan diri), maka wafat dengan kematian Jahiliyah” (Shahih Bukhari)
Hadirin yang dimuliakan Allah, kedua hadits ini memperjelas dan menjawab dari 14 abad yang silam tentang akan munculnya di masa sekarang golongan-golongan yang hendak membuat negara Islam sendiri dan lain sebagainya yang keluar dari jalur yang benar, dari penguasa dan pemerintahannya. Selanjutnya kita dengarkan tausiah As Syaikh Al Ustadz Ridwan untuk menyampaikan sebagian syarah dari hadits ini, kemudian dilanjutkan tausiah dari saya, lalu penutup dan doa. Tafaddhal masykura.
Tausiah Al Ustadz Ridwan
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
الحمدلله الذي هدانا لهذا وما كنا لنهتدي لولا أن هدانا الله اللهم صل وسلم على سيدنا محمد مفتاح باب رحمة الله عدد ما في علم الله صلاة وسلاما دائمين بدوام ملك الله وعلى آله وصحبه ومن والاه ، أما بعد.. سبحانك لا علم لنا إلا ما علمتنا إنك أنت العليم الحكيم وتب علينا إنك أنت التواب الرحيم ولاحول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم..اللهم يا فتاح يا عليم افتح علينا فتحا قريبا برحمتك يا أرحم الراحمين
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, khususnya Fadhilah As Sayyid Al Habib Munzir bin Fuad Al Musawa, begitu pula para habaib yang hadir di tempat ini, yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu akan tetapi tidak mengurangi rasa hormat dan ta’zhim kami kepada beliau-beliau, para ulama’ dan para hadirin-hadirat, ummat nabi besar Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Segala puji bagi Allah subhanahu wata’ala atas nikmat-nikmat-Nya sehingga pada kesempatan di malam hari yang penuh barakah dan curahan rahmat dari Allah subhanahu wata’ala, baik itu berupa rahmat yang zhahirah atau yang bathinah. Rahmat yang zhahirah seperti hujan yang turun maka yang dikenai hanya yang diluar saja, namun rahmat yang bathinah baik yang di luar atau yang di dalam kesemuanya akan mendapatkan rahmat Allah subhanahu wata’ala. Rahmat bathinah itu didapatkan di majelis-majelis seperti ini, majelis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan orang yang mengingat Allah atau yang berdzikir kepada Allah subhanahu wata’ala itu mendapatkan julukan “Jaliis Ar Rahman” (teman duduk Allah subhanahu wata’ala), karena dia sedang berdzikir dan menghadap kepada Allah, menyebut nama Allah subhanahu wata’ala, dimana ketika di muka bumi ia mengingat dan menyebut nama Allah, maka Allah subhanahu wata’ala menyebut-nyebut namanya di hadapan para malaikat Allah, seperti jama’ah yang berkumpul di tempat ini, walaupun bentuknya dengan membaca shalawat, karena shalawat juga termasuk daripada bentuk dzikir kepada Allah, karena setiap kita bershalawat kita mengucapkan “Allahumma shalli ‘alaa sayyidina Muhammad”, dan Allah subhanahu wata’ala berfirman :
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ
( البقرة : 152 )
“Maka ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu”. ( QS. Al Baqarah : 152)
Jadi, jika seseorang ingin selalu diingat oleh Allah subhanahu wata’ala maka tidak ada cara lain kecuali dia selalu mengingat Allah subhanahu wata’ala baik dalam keadaan gembira atau senang, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
تَعَرَّفْ إِلَى الله ِ فِيْ الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِيْ الشِّدَّ ةِ
“ Kenalilah Allah di waktu senang pasti Allah akan mengenalimu di waktu sempit (kesusahan)”
Tatkala engkau dalam keadaan senang dan gembira, diberi nikmat oleh Allah subhanahu wata’ala dan kau tidak lupa untuk bersyukur kepada Allah lalu engkau salurkan nikmat itu di jalan yang diridhai oleh Allah, maka Allah akan terus menambahkan nikmat itu hingga tiada habisnya pemberian dari Allah subhanahu wata’ala. Dan tatkala engkau dalam keadaan kesulitan, dalam keadaan diuji oleh Allah subhanahu wata’ala dengan musibah atau bala’, dan sebelum engkau mengangkat kedua tanganmu dihadapan Allah subhanahu wata’ala, sebelum engkau meneteskan air matamu di hadapan Allah ketahuilah bahwa Allah mengenalmu karena disaat gembira engkau menyebut-Nya. Adapun bershalawat kepada rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah bentuk dari berdzikir kepada Allah, sebagaimana tafsir dari firman Allah :
وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ
( الشرح : 4 )
“ Dan Kami tinggikan sebutan (nama) mu”. ( QS. Al Insyirah : 4 )
Ayat ini ditafsirkan dalam hadits qudsi :
يَا مُحَمَّدُ جَعَلْتُكَ ذِكْرًا مِنْ ذِكْرِيْ مَنْ ذَكَرَكَ فَقَدْ ذَكَرَنِيْ وَمَنْ أَحَبَّكَ فَقَدْ أَحَبَّنِيْ
“ Wahai Muhammad, Aku telah menjadikanmu dzikir dari dzikirku, barangsiapa yang menyebutmu maka ia telah menyebut-Ku, dan barangsiapa yang mencintaimu sungguh ia telah mencintai-Ku”
Sehingga tidak disebut nama nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam kecuali pasti ada nama Allah, dan tidak juga disebut nama Allah subhanahu wata’ala kecuali pasti ada nama nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana Shahib Ad Diba’ mengatakan :
قَرَنَ إِسْمَهُ مَعَ اسْمِهِ تَنْبِيْهًا لِعُلُوِّ مَقَامِهِ
“Menggabungkan namanya (nabi Muhammad) dengan nama-Nya (Allah) karena tingginya kedudukannya”.
Dan barangsiapa yang menyebut nama nabi Muhammad, maka berarti ia telah menyebut nama Allah, dan barangsiapa yang mencintai nabi Muhammad maka ia telah mencintai Allah.
Alangkah beruntungnya orang-orang yang mencintai nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Nabi Muhammad adalah sosok seorang pemimpin yang dicintai oleh ummatnya, bahkan musuh pun mencintai beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, sebelum mereka mengetahui bahwa nabi Muhammad adalah seorang nabi dan rasul, bahkan mereka memberikan julukan kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam “Al Amin”, orang yang dipercaya, sehingga mereka menaruh amanat-amanat mereka bukan kepada Abu Jahl atau Abu Lahb, bukan kepada musuh-musuh Allah, akan tetapi kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, mengapa? karena mereka mengenal siapa nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang mana barangsiapa memandang wajah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, baik dia orang mu’min atau kafir pun maka ia akan mengetahui bahwa wajah itu bukanlah wajah seorang pendusta, begitu pula para pewaris nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam apabila wajah mereka maka menyejukkan hati, yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
الَّذِيْنَ إِذَا رُؤُوْا ذَكَرَا اللهَ
Jika wajah mereka dipandang maka akan mengingatkan kita kepada Allah subhanahu wata’ala. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah pemimpin, bukan hanya pemimpin di dunia saja akan tetapi beliau adalah pemimpin di dunia, di barzakh, dan di akhirat, sayyidul awwalin wal akhirin wa sayyidul anbiya’ wal mursalin, sayyiduna Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Apabila kita ingin mencontoh dan menteladani seseorang maka tidak ada contoh yang lebih baik daripada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau adalah panutan terbaik dalam segala sesuatu. Mau menjadi kepala rumah tangga maka contohlah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, karena beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memberi contoh yang baik sebagai kepala rumah tangga. Menjadi seorang teman atau sahabat, maka contohlah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bagaimana mu’amalah beliau kepada para sahabat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau menghormati dan menghargai para shahabat, jika mau mencontoh seorang pemimpin maka contohlah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Oleh karena itu nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa orang yang memimpin suatu negara atau suatu ummat, dan dia mampu menjalankan kepemimpinannya, dan bisa mengayomi ummatnya maka ia akan bersama nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam kelak di hari kiamat. Maka tadi disebutkan di dalam hadits yang diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari dan Shahih Muslim, yang artinya barangsiapa yang dipilih oleh ummat untuk menjadi pemimpin, yang mana setiap seorang pemimpin pastilah memiliki kekurangan dan tidak ada yang sempurna kecuali nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana beliau adalah “Al Insaan Al Kaamil”, manusia yang sempurna dan adapun selain nabi Muhammad shallallau ‘alaihi wasallam pastilah banyak memiliki kekurangan yang, karena mereka bukanlah orang yang ma’sum, yang terjaga dari perbuatan-perbuatan makruh atau maksiat. Maka apabila ada kekurangan dari seorang pemimpin yang dia adalah seorang muslim, dan meskipun pemimpin itu adalah seorang budak maka wajib bagi kita untuk mentaatinya. Alhamdulillah kita di negara Indonesia dari awal hingga detik ini masih dipimpin oleh orang muslim, jika kita tidak suka terhadap pemimpin yang muslim maka Allah akan member bencana dengan diberikan kepada kita pemimpin yang bukan muslim wal’iyazubillah, dan pastilah juga akan terdapat banyak kekurangan pada dirinya. Maka kita harus memperbaiki dengan mencontoh akhlak-akhlak nabi yang mulia yang telah dipuji Allah subhanahu wata’ala :
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
( القلم : 4 )
“ Dan sesungguhnya engkau benar-benar berada di atas akhlak yang mulia”. ( QS. Al Qalam : 4 )
Sebelum beliau shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, beliau berkata kepada ummatnya bahwa jika ada yang memimpin kalian maka terimalah dari kebaikan-kebaikan mereka dan maafkan kekurangan-kekurangan mereka. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
إِذَا أُسْنِدَ اْلأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ
“Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu”.
Jika suatu kepemimpinan disandarkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya. Seorang pemimpin yang selalu memikirkan ummatnya dan selalu berusaha berbuat yang terbaik untuk ummatnya, dan apabila dia tergelincir sedikit dari kebenaran atau mendapatkan masalah, maka ia datang kepada para ulama’ bermusyawarah dan meminta pendapat kepada para ulama’, yang mana ulama’ adalah sebagai pembimbing ummat baik dia orang biasa, orang kaya atau miskin apalagi dia adalah seorang pemimpin yang mau meminta nasihat dari para ulama’. Bahkan para pemimpin terdahulu banyak diantara mereka adalah ulama’, sebagaimana Sultan di Hadramaut adalah seorang yang hafal Shahih Al Bukhari. Dan di zaman sekarang jangankan sultan, para ulama’ nya pun tidak hafal, dan jangankan Shahih Al Bukhari, kitab Riyadhus Shalihin pun banyak diantara ulama’ yang tidak hafal. Namun para pemimpin terdahulu mereka menghafal Shahih Al Bukhari, diantaranya Sultan Mahmud di Hadramaut yang mana di setiap harinya beliau bershalawat kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebanyak 300.000. Sultan Mahmud tidak keluar dari Masjid sebelum setiap selesai shalat subuh kecuali beliau telah bershalawat kepada rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebanyak 300.000 sehingga beliau bermimpi berjumpa dengan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang bertanya kepadanya : “ mengapa engkau berlama-lama di sini, apa yang kau lakukan?”, maka beliau menjawab : “aku berlama-lama di masjid tidaklah melakukan sesuatu kecuali bershalawat kepadamu wahai Rasulullah”, maka beliau diberi amalan shalawat oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam beberapa amalan shalawat yang mana pahalanya setiap membaca satu kali seperti 100.000, dan jika diulang sebanyak tiga kali maka seperti membaca shalawat sebanyak 300.000, engaku sebagai pemimpin keluarlah dari masjid maka akan engkau temukan banyak ummat yang memiliki hajat, kata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
ثَلاَثَةٌ لَاتُرْفَعُ صَلاَتُهُمْ فَوْقَ رُؤُوْسِهِمْ شِبْرًا : رَجُلٌ أَمَّ قَوْمًا وَهُمْ لَهُ كَارِهُوْنَ وَامْرأَةٌ بَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَلَيْهَا سَاخِطٌ وَأَخَوَانٌ مُتَصَارِمَانِ
“Ada tiga manusia yang shalat mereka tidak diangkat melebihi kepala mereka walau sejengkal, yaitu seseorang yang memimpin suatu kaum sedangkan mereka membencinya, dan seorang wanita (istri) yang tidur sementara suaminya marah terhadapnya, dan dua orang bersaudara yang saling bermusuhan”
Yang pertama adalah seseorang yang memimpin suatu kaum sedangkan orang-orang yang dipimpinnya membencinya karena ia selalu murka dan berbuat zhalim, pemimpin yang seperti itu beramal apapun ia maka amalannya tidak akan Allah terima. Kedua adalah seorang wanita yang tidur di malam hari sedangkan suaminya benci terhadapnya, maka shalat dan ibadah yang lainnya tidak diterima oleh Allah subhanahu wata’ala. Yang ketiga adalah dua orang muslim yang saling bermusuhan, dihatinya ada kebencian terhadap saudara muslim yang lainnya, jika dia mempunyai amalan pahala maka amalan itu tidak diterima oleh Allah.
Mudah-mudahan kita dijadikan diantara hamba-hamba yang Allah terima amalan kita semuanya, dan Allah berkati kita semua. Kita doakan habibana Munzir semoga Allah beri kesembuhan yang sempurna, ini adalah pelajaran untuk kita semua kita lihat beliau begitu semangat mengajar kita meskipun harus dengan kursi rodda, maka kita yang diajar harus lebih semangat daripada guru. Kita lihat betapa semangat guru kita, insyaallah kita akan mendapatkan mahabbah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Tausiah Al Habib Munzir Al Musawa
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha menciptakan keluhuran, Maha melimpahkan kebahagiaan. Di malam yang mulia ini kita berkumpul kembali untuk mendapatkan limpahan keridhaan, mendapatkan cahaya pengampunan, semoga Allah melimpahi keberkahan kepada kita di majelis ini, yang dengannya terhapus seluruh dosa, tersingkirkan segala musibah yang akan datang kepada kita digantikannya dengan rahmah serta menuntun kita dengan cahaya keindahan Allah, dalam setiap langkah kita, sikap, gerak-gerik kita, hari-hari kita, dunia dan akhirat kita dijaga oleh cahaya keindahan Ilahi, dan kesemua itu tidaklah sulit bagi Allah. Allah subhanahu wata’ala berfirman :
وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَآَمَنَ مَنْ فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّى يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ
( يونس : 99 )
“Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya ?”. ( QS. Yunus : 99)
Jika Allah mau, Allah Maha Mampu membuat seluruh penduduk bumi itu mendapatkan hidayah dan tidak ada yang sesat. Dan apakah kalian akan terus membenci mereka yang tidak beriman sampai mereka beriman?, kemudian Allah melanjutkan firman-Nya :
وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تُؤْمِنَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَجْعَلُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ
( يونس : 100 )
“Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya”. ( QS. Yunus : 100 )
Apakah kalian tidak mau mencintai dan menyayangi kecuali kepada orang yang beriman, padahal tiadalah seseorang itu beriman kecuali dengan izin dan kehendak Allah, dan Allah telah menjelaskan dalam firman-Nya bahwa Allah telah menjadikan dosa dan perbuatan hina bagi mereka yang tidak mau berfikir. Dari sini dapat kita fahami bahwa semakin kita berfikir dengan fikiran yang jernih maka kita akan semakin menemukan hakikat Ilahi dalam segala hal yang kita lihat.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Ketika cahaya ketenangan terbit dalam sanubari kita melalui nama Allah Yang Maha Luhur dalam dzikir dan disaat kita sedang khusyu’ dalam mengingat Allah, (Allah itu tidak terlihat, tidak terdengar dan tidak pula dapat disentuh, namun bagaimana kita percaya terhadap yang tidak bisa dilihat, tidak pula disentuh, hal seperti sering dipertanyakan kepada saya). Jika kita ingin mengenal seorang artis misalnya, cukupkah bagi kita hanya sekedar melihat sobekan-sobekan kertas di depan kita, jika kita ingin mengenal hakikatnya maka kita harus mendekat kepadanya, jangan sekedar membaca di koran atau majalah saja bisa jadi berita itu bohong, namun harus bertemu dan mendekat kepadanya barulah kita akan mengenalnya, demikian pula Allah lebih dari hal itu. Maka kenalilah cermin rabbani sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang dengan itulah kelembutan sang nabi, kasih sayang sang nabi agar kita lebih mengenal Allah sehingga kita merindukan Allah. Jika keadaan seperti ini maka di detik-detik engkau mengingat Allah engkau akan terlupa dari segala yang kau lihat, kau dengar dan kau rasakan karena dahsyatnya kelezatan mengingat Allah subhanahu wata’ala. Seperti halnya di saat kita sedang melamun dan hanyut dalam lamunan yang kuat, di saat seperti itu jika ada teman kita yang lewat di depan kita maka kita tidak akan melihat dan merasakan hal itu, demikian pula suara, jika seseorang memanggil orang yang sedang tenggelam dalam lamunan maka dia tidak akan mendengar panggilan itu, karena dia sedang konsentrasi dengan suatu kekuatan qalbiah yang mengalahkan kekuatan fikriah dan kekuatan jasadiah. Hal yang seperti ini adalah kekuatan ruh yang menguasai sanubari yang mengalahkan jasad dan fikiran. Demikian pula orang yang berdzikir yang mengingat Allah subhanahu wata’ala dalam beberapa detik ia akan tenggelam asyik dan rindu kepada Yang Maha Indah mencipta alam semesta dari tiada ini, yang mana Allah telah berfirman dalam hadits qudsi:
مَنْ أَحَبَّ لِقَائِيْ أَحْبَبْتُ لِقَاءَهُ
“Barangsiapa yang ingin berjumpa dengan-Ku, maka Aku pun ingin berjumpa dengannya”
Maka ketika seseorang terisak-isak menangisi keadaan dirinya, yang kaya raya kebingungan karena dikejar-kejar masalah, yang miskin kebingungan karena dikejar-kejar hutang, yang sakit kebingungan dengan obat-obatan yang harus harus ia dapatkan, berobat kemana-mana tetap saja tidak sembuh, ketika makan minum atau akan tidur selalu terfikirkan bagaimana menyembuhkan penyakitnya, namun ketika ia membuka rahasia keluhuran untuk mendekat kepada Sang Maha Pencipta segalanya maka Allah akan meluruskan keadaannya dan membenahinya.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Allah subhanahu wata’ala tidak akan mengecewakan hamba-hamba-Nya yang berdoa, namun tentunya dalam kehidupan dunia yang sementara ini ada norma-norma kehidupan yang harus kita lewati, sebagaimana hadits yang kita dengar tadi (sekilas mungkin ada yang menganggap aneh dengan hadits tersebut, Habib kok menyampaikan hadits seperti itu?!, sampai-sampai dulu ada yang mengatakan bahwa Habib Munzir itu antek pemerintah, masyaallah) hadits ini adalah ucapan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam (jika dikatakan bahwa saya adalah antek nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, benar orang yang mengatakan itu) dan hanya dua hadits yang kita baca di malam hari ini, padahal lebih dari 12 hadits yang seriwayat dengan hadits ini dalam Shahih Al Bukhari, belum lagi dari Shahih Muslim. Hadits pertama yang kita baca tadi, dimana di hari-hari terakhir kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau keluar menemui muslimin dalam keadaan mengikat kepalanya dengan kain yang penuh dengan obat-obatan , karena dahsyatnya sakit pusing yang beliau alami saat itu, maka beliau keluar dituntun oleh para sahabat dengan wajah yang penuh keringat dan pucat, kemudian beliau berkata kepada manusia: “wahai kalian mendekatlah kepadaku”, maka para sahabat pun berdesakan mendekat kepada beliau, kemudian beliau bersabda :
فَمَنْ وَلِيَ شَيْئًا مِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عََلَيْهِ وَسَلَّمَ فاَسْتَطَاعَ أَنْ يَضُرَّ فِيْهِ أَحَدًا أَوْ يَنْفَعَ فِيْهِ أَحَدًا فَلْيَقْبَلْ مِنْ مُحْسِنِهِمْ وَيَتَجَاوَزْ عَنْ مُسِيئِهِمْ
“Siapapun yang menjadi pemimpin dari Ummat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan bisa membawa keburukan pada seseorang (kaum), dan bermanfaat bagi orang (kaum) lainnya, maka terimalah kebaikannya dan maafkan kesalahannya”
Barangsiapa yang terpilih menjadi pemimpin diantara ummat sayyidina Muhammad, kemudian ia berbuat semampunya ( dalam riwayat lainnya -membawa mudharat ; kesusahan pada suatu kelompok, dan memberi manfaat pada kelompok lainnya) ,maka bersabarlah dan terimalah kebaikannya serta maafkan kejelekannya. Dan hadits yang kedua Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
مَنْ رَأَى مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَصْبِرْ عَلَيْهِ فَإِنَّهُ مَنْ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ شِبْرًا فَمَاتَ إِلَّا مَاتَ مَيتَةً جَاهِلِيَّةً
:
“Barang siapa yang melihat sesuatu ia benci dari pemimpinnya, maka hendaknya ia bersabar atasnya, karena barang siapa yang berpisah dari jama’ah dengan sejengkal lalu ia mati, kecuali ia akan mati seperti matinya orang jahiliyyah”.
Maka jika melihat pada seorang pemimpin sesuatu yang kita benci maka hendaklah bersabarlah, karena yang memisahkan diri dari kelompok muslimin (sebagian besar muslimin), jika ia wafat dalam keadaan seperti itu dan belum bertobat, maka ia mati dalam keadaan jahiliyyah. Hal yang seperti ini banyak muncul di zaman sekarang, muslim yang lain dianggapnya kafir sehingga jika ada orang muslim lain yang melakukan shalat di masjid mereka maka ia mencuci atau membersihkan masjid itu, karena mereka menganggap golongan selain mereka najis. Kita jangan membenci mereka, kenapa? kasihan bagaimana nasibnya di saat sakaratul maut, bagaimana nasib mereka ketika berada di bawah tanah, karena telah disabdakan oleh Rasulullah bahwa orang yang seperti itu akan mati dalam kematian jahiliyyah, yakni mati seperti matinya kaum jahiliyyah, yaitu mati dalam keadaan su’ul khatimah jika memisahkan diri dari Jama’ah Al Muslimin. Oleh sebab itu, jika kita mendengar perkataan “Negara Islam Indonesia” maka tidak perlu kita ributkan dari awal mendengar namanya saja sudah sangat jelas kesalahannya apalagi kesananya, karena Islam tidak punya negara, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah membuat negara Islam Madinah atau negara Islam Makkah atau negara Islam Thaif, namun yang ada hanyalah tuntunan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam untuk Daulah Islamiyyah di seluruh dunia, bukan untuk satu negara, maka hal-hal yang seperti ini tidak perlu diributkan, namun jangan dibiarkan dan waspada terhadap anak-anak kita, saudara-saudara kita dan teman-teman kita lainnya, ciri-ciri mereka diantaranya jika ngaji tidak secara terang-terangan dan dengan jumlah yang sedikit, satu, dua, tiga atau empat orang dan secara sembunyi-sembunyi, tidak ingin diketahui orang lain, mengapa mereka tidak berani secara terang-terangan jika mereka dalam kebenaran? seharusnya jika mereka dalam kebenaran mereka berani menampakkan diri mereka, namun karena mereka adalah kelompok yang bathil maka mereka tidak berani menampakkan diri mereka. Namun jangan disangka dari kelompok mereka jika ada 3 atau 4 orang mojok-mojok di tempat acara Majelis Rasulullah yang membaca Al Qur’an, mereka itu kelompok HR yang mungkin malu jika didengar orang lain karena ngajinya masih belum lancar dan terbata-bata, maka mereka sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui orang lain, maka jangan salah mereka bukan kelompok seperti yang kita sebut di awal, mereka adalah kelompok HR (Halaqatur Rasul) yang lagi membaca Al Qur’an.
Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membagi-bagikan ghanimah, ketika itu ada orang yang merasakan bahwa pembagian yang dilakukan Rasulullah tidak adil, maka sebagaimana riwayat dalam Shahih Al Bukhari datanglah seseorang yang berjenggot panjang, dahinya menonjol, kepalanya botak dan dua giginya menonjol kedepan, lalu dia berkata kepada Rasulullah : “ bertakwalah kepada Allah wahai Rasulullah”, maksudnya adalah jika membagi-bagikan ghanimah dengan adil. Maka ketika itu berubah wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam marah dan berkata : “jika aku tidak adil dan bertakwa mak siapa yang bertaqwa di atas muka bumi ini?!”, maka terdiamlah orang itu , kemudian sayyidina Khalid bin Walid menghunuskan pedangnya dan berkata : “wahai Rasulullah, izinkan aku menebas kepala orang ini”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “biarkan dia”, lalu beliau bersabda : “kelak akan muncul dari keturunan orang itu, kelompok yang melakukan shalat namun mereka memerangi orang muslim dan tidak memerangi orang yang menyembah berhala”. Yang mereka perangi adalah orang muslim yang mengucapkan “Laa ilaaha illallah”, yang membaca tahlil mereka perangi, yang melakukan sunnah ziarah kubur mereka perangi, namun para penyembah berhala tidak mereka hiraukan. Dan memang benar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, telah muncul saat ini di abad ke-18 ini kelompok-kelompok seperti itu. Rasulullah bersabda jika beliau masih hidup di zaman itu maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam akan memerangi mereka sebagaimana memerangi kaum ‘Ad, Rasulullah yang akan memeranginya. Dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani di dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa tidak berhak bagi kita untuk memerangi mereka dengan kekerasan, karena kalimat “لو (jika)” , dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
لَوْ أَدْرَكْتُهُمْ لَقَتَلْتُهُمْ قَتْلَ عَادِ
“ Jika aku mendapati mereka, pastilah kuperangi mereka, sebagaimana kaum ‘Ad”
adalah jika Rasulullah ada di zaman sekarang maka Rasulullah akan memeranginya. Jadi jangn terbawa oleh pemahaman-pemahaman mereka yang aneh seperti itu, jika menemukan pemahaman yang aneh seperti itu maka berusahalah untuk meluruskanlah pada pemahaman yang benar hingga mereka sadar, jika mereka tetap saja namun engkau terus berusaha meluruskannya maka engkau pun akan tetap mendapatkan pahalanya.
Ketahuilah, setiap orang yang sesat, orang non muslim, orang fasik atau yang zhalim pada setiap wajah mereka ada harapan dari nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mereka bertobat, maka jangan melihat mereka dari kejelekannya, ingatlah jika Rasulullah melihat mereka maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menginginkan mereka menjadi baik, jadi kita harus berfikir akan perasaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau ingin semakin banyak orang yang baik maka berbuatlah banyak kebaikan.
Selanjutnya ada banyak pertanyaan yang muncul, pertanyaan pertama: “Bagaiamana hukumnya istri yang dilarang suaminya untuk hadir majelis?”. Mengapa istri dilarang hadir majelsi?!, jika suami tidak bisa mendidik istri di rumah maka jangan dilarang istri untuk pergi majelis, kecuali suami bisa mendidik istri dengan baik di rumah dengan mengajarinya ilmu fiqh, ilmu tafsir, ilmu kesucian hati dan ketenangan bathin , maka tidak apa-apa jika istri dilarang untuk hadir majelis. Namun jika keadaannya sang suami pergi kerja dan istri di rumah dari pagi sampai sore hanya menonton sinetron di televisi maka hal yang seperti ini sama saja dengan merusak si istri, dan kelak akan dituntut di hari kiamat. Jadi gimana? izinkan istri untuk hadir di majelis ta’lim, ika tempatnya kejauhan maka cari majelis ta’lim yang terdekat, mejelis ta’lim di Jakarta sangat banyak, jika tidak bisa hadir majelis yang di malam hari maka hadir majelis yang di siang hari, banyak terdapat majelis untuk ibu-ibu, ada yang siang dan ada yang sore. Maka untuk para suami bantulah istri-istrimu untuk turut termuliakan.
Pertanyaan kedua : “Bagaimana hukumnya pengobatan alternatif dan ruqyah, apakah boleh ?” .
Ruqyah yang dilakukan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam itu ada 2 macam, yang pertama adalah perbuatan shahabat yang diakui oleh nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana ketika para sahabat keluar untuk berdakwah di tempat yang jauh, dan mereka tidak diterima di kelompok itu, lalu mereka berkata: “kepala suku kami sedang sakit, jika kalian bisa menyembuhkannya maka kami akan beriman dengan ajaran kalian”, maka datanglah para sahabat kepadanya , lalu dibacakanlah surah Al Fatihah kemudian ditiupkan ke dalam air kemudian diminumkan kepada yang sakit yang kemudian sembuh lalu masuk masuk Islam. Mereka gembira karena kepala suku mereka sembuh, kemudian para sahabat diberi kambing oleh mereka, lalu kambing itu dibawa kehadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan Rasulullah pun senang dan berkata : “bagaimana perjalanan kalian kesana?”, para sahabat berkata : “ kami pulang dengan dihadiahkan kepada kami kambing dan banyak dari mereka yang masuk Islam”, wahai Rasulullah bolehkah kami memakan kambing itu?”, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “sembelih dan makanlah dan sisakan sedikit untukkku”. Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani menjelaskan dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari, bahwa Rasulullah meminta disisihkan sedikit bukan berarti Rasulullah tamak ingin kebagian makan kambing, namun untuk menta’kid keyakinan sahabat agar tidak ragu dengan pemberian hadiah yang seperti itu, hal yang seperti itu diperbolehkan. Dan yang kedua sebagaimana dijelaskan dalam Shahih Al Bukhari bahwa Rasulullah mengobati orang sakit dengan cara menempelkan ibu jarinya ke lidah beliau, lalu menempelkannya ke tanah seraya berdoa :
بِسْمِ اللهِ تُرْبَةُ أَرْضِنَا بِرِيْقَةِ بَعْضِنَا يَشْفِي مَرِيْضَنَا بِإِذْنِ رَبِّنَا
“Dengan menyebut nama Allah, ini adalah tanah dari bumi kami, dengan menggunakan liur sebagian dari kami, Dia akan menyembuhkan orang yang sakit dari kami dengan izin Tuhan kami”
Kemudian diusapkan pada bagian yang sakit, hal seperti itulah yang diajarkan oleh Rasulullah.
Selanjutnya hari Minggu yang akan datang acara kita bersama TV One Insyaallah, Alhamdulillah TV One mulai ketagihan, mudah-mudahan ketagihan terus, bukan berarti kita mau selalu tampil di televisi, tapi kita ingin menjadi perantara untuk orang lain supaya mengenal dan asyik dengan dzikir “Ya Allah”, karena dzikir “Ya Allah” itu disebut dengan Sulthan Ad dzikr (Raja dari setiap dzikr) . Dikatakan oleh As Syaikh Abdul Qadir Al Jailani AR, bahwa Al ism al a’zham itu adalah “Allah”, oleh sebab itu sangatlah luhur memperbanyak dzikir ini, terlebih lagi mereka yang tidak bisa hadir di mejelis ta’lim dan bisanya hanya menonton televisi, maka sungguh luhur acara yang seperti ini, dan yang ada waktu dan kesempatan silahkan datang juga sampaikan kepada teman-temannya yang lain.
Selanjutnya kita berdzikir bersama, menyatukan satu kalimat, menyatukan seluruh hajat kita, semoga Allah menghapus seluruh dosa kita dan menambahkan seluruh kenikmatan yang akan datang pada kita di dunia dan akhirah,, tidak ada yang bisa melakukan semua itu kecuali Allah subhanahu wata’ala…
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ
sumber :
disini