Categories

clickpaid

permis juragan-juragan semua
disni ane mempromosikan clickpaid">CLICK PAID

apa itu click paid??
pada dasarnya konsep clickpaid
tidak berbeda jauh dengan PC.

dapet modal gratisan ga??
yap site CP akan memberikan pinjaman awal 10$

keuntungan gmn?
2% buat weekdays (senen-jumat) 1% buat weekends (sabtu minggu)

roi brp%??
150%

apa untungnya gabung menjadi reff ane
1. full suport dari ane via YM.(rokhmatp@yahoo.co.id)
2. RCB 100% bagi 15 orang member aktiv.
3. BSU 0.10$ via LR (10orang pertama)
4. buat 5 active downline berhak mendapatkan 1 GC senilai 10$ yang akan menjadi hak milik juragan. bukan dipinjamkan
5. luck draw GC bulanan jika member aktiv lebih dari 15

ane gak niat serius cuma mau BSU sekalian coba2 gretongannya.

T: cara join gmn??
J: klik tgl daftar dsna

FORMAT REQ BSU
USERNAME:
no LR :
Readmoreclickpaid

Cahaya Wudhu

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ أُمَّتِيْ يُدْعَوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِيْنَ مِنْ آثَارِ الْوُضُوْءِ، فَمَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يُطِيْلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفْعَلْ

( رواه البخاري )

“Sungguh ummatku akan diseru pada hari kiamat dalam keadaan bercahaya karena bekas wudhu'nya, maka barangsiapa yang mampu melebihkan panjang sinar pada tubuhnya, maka lakukanlah.” ( Shahih Al Bukhari )


Sebelum saya melanjutkan tausiah, ada pertanyaan mengapa hadits ini harus dibaca dulu bersama-sama?, tidak harus dibaca namun (maksud kita) hanya dengan niat mengambil barakah. Sebagaimana ta’lim (pembelajaran) itu ada 3 macam, yang pertama adalah belajar dengan membaca buku, yang kedua adalah belajar dengan guru, dan yang ketiga adalah ta’lim (belajar) dengan cara talaqqi. Seperti yang kita fahami bahwa belajar dengan buku tanpa guru bisa jadi kesalahannya lebih banyak daripada ta’lim dengan guru langsung, namun belajar langsung kepada guru pun terkadang salah faham juga atas apa-apa yang disampaikan oleh gurunya. Dan yang paling utama adalah belajar dengan cara talaqqi, talaqqi adalah ucapan langsung dari gurunya kemudian diucapkan lagi oleh muridnya. Dan Ulama’ masa kini menggunakan ketiganya, jadi kitab atau bukunya ada, syarah guru serta talaqqinya juga ada. Bahkan kitab-kitab seperti Shahih Al Bukhari dan terjemahannya sangat mudah kita dapatkan. Namun ta’lim yang paling utama adalah Talaqqi karena inilah yang disebut dengan sanad keguruan, dimana seorang guru belajar langsung kepada gurunya sehingga bersambung kepada Al Imam Bukhari dan sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Setelah kita membaca hadits tadi dan acara selesai maka selesailah pembacaannya namun ruh kita terus bersambung kepada Al Imam Al Bukhari sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Cahaya Allah subhanahu wata’ala yang menerangi kita dengan rahmat-Nya, gelombang rahmat-Nya terus mencari tempat-tempat yang pantas dijadikan tempat untuk bergabung, seperti gelombang-gelombang yang muncul, banjir, atau tsunami kesemuanya mengarah ke tempat yang lebih rendah, maka majelis-majelis dzikir dan majelis-majelis ta’lim itu adalah tempat mengarahnya para malaikat pembawa rahmat, namun yang paling banyak mendapatkan bagian rahmat adalah orang yang paling rendah hati dan tidak menyombongkan diri, tidak riya’ namun dia merasa bahwa dirinya adalah orang yang paling banyak dosa dan bersyukur karena telah diizinkan oleh Allah untuk duduk di majelis itu, maka orang yang seperti itu akan dimuliakan oleh Allah.

مَنْ تَوَاضَعَ ِللهِ رَفَعَهُ اللهُ

“ Barangsiapa yang merendahkan hati karena Allah, maka Allah mengangkat (derajat)-nya.”

Maka mereka itulah genangan rahmat Allah, kita berkumpul di majelis ini dari tumpahruahnya rahmat Ilahi mengenai semua yang hadir, lalu sedikit demi sedikit genangan rahmat itu akan mengarah kepada yang paling rendah hati dan tawadhu’, dalam hatinya tidak ada rasa sombong. Inilah medan untuk mencapai rahmat Ilahi, dan dimanapun rahmat Allah itu bertebaran bahkan melebihi padatnya udara yang ada di muka bumi karena udara adalah bagian dari rahmat Allah, dan melebihi lautan karena lautan adalah bagian dari rahmat Allah, dan melebihi debu yang ada dipermukaan bumi dan terpendam di dalam bumi karena kesemuanya adalah bagian dari rahmat Allah. Kehidupan, kematian, alam barzakh dan hari kiamat adalah merupakan bagian dari rahmat Allah, bahkan orang yang di neraka sekalipun masih mendapatkan rahmat Allah, dari mana? Yaitu dari syafaat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah munculkan rahmat-Nya di neraka berupa syafaat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam selama mereka meninggal dalam keadaan tidak menyekutukan Allah. Jika di neraka saja rahmat Allah masih terus ada dan tidak bisa terputus maka terlebih lagi untuk kita yang masih hidup di dunia, yang masih akan melewati fase sakaratul maut, alam kubur, barzakh dan hari kiamat, masih tersisa 3 fase di hadapan kita dimana zaman yang masih akan kita lewati yang kesemuanya itu penuh dengan rahmat Allah subhanahu wata’ala yang masih akan kita dapatkan, dan semakin banyak kita mendoakan kaum muslimin lainnya maka semakin banyak pula bagian rahmat yang akan kita dapatkan dari doa-doa kita untuk orang muslim lainnya, dengan doa seperti :

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ

“ Wahai Allah ampunilah (dosa) ku, dan semua orang muslim laki-laki dan muslim perempuan ”

Maka dari doa itu kesemua muslimin muslimat termasuk dalam doanya, terlebih lagi jika dia hadirkan hatinya dalam mendoakan kaum muslimin, dengan mendoakan yang hidup atau yang telah wafat, yang hidup semoga semakin diluaskan rizkinya, yang telah wafat semoga dijauhkan dari siksa kubur, yang terkena bencana alam semoga diberi kesabaran, yang dalam kesusahan semoga diberi kemudahan, yang kaya raya semoga diberi hidayah dan mau mnegeluarkan hartanya untuk fakir miskin, dan yang terjebak dalam kerusakan aqidah semoga diberi hidayah, semakin dalam doa kita untuk mereka maka semakin besar anugerah Allah untuk kita, dan hal itu tidak bisa diamalkan kecuali oleh orang-orang yang dicintai Allah, karena jiwa yang seperti itu sejiwa dengan jiwa sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang selalu memikirkan keadaan ummatnya. Bahkan ketika beliau akan wafat yang dipanggil adalah “ummatku, ummatku”, dan ketika beliau dibangkitkan pertama kali yang disebut adalah “ummatku, ummatku”, demikian keadaan nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan mengenai sebagian kaum yang belum mau beriman dan belum mau taat kepada Allah, bahkan selalu ingin berbuat kemaksiatan dan kemungkaran saja, maka Allah telah menjelaskan kepada kita dalam masalah ini yaitu untuk tidak memusuhi mereka dan tidak terlalu memaksa mereka untuk beriman dan taat kepada Allah, karena mereka masih belum diberi hidayah oleh Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana firman-Nya :

وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَآَمَنَ مَنْ فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّى يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ

(يونس : 99 )

“ Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya ?” ( QS. Yunus : 99 )

Jika Allah menghendaki maka tidak akan ada lagi orang yang bermaksiat, semuanya akan Allah beri hidayah, jika Allah berkehendak maka Allah mampu melakukannya. Maka Allah bertanya kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam : “apakah engkau membenci manusia yang belum beriman, sampai ia beriman? Dan terkadang kita tidak berlaku sopan dan baik kepada orang yang bermaksiat sampai ia beriman. Hal ini menunjukkan bahwa berbuat baik kepada saudara saudari kita yang belum mendapatkan hidayah adalah sesuatu yang terpuji dan dianjurkan, dan membenci mereka adalah hal yang dilarang Allah , karena jika Allah mau maka semua manusia akan diberi hidayah oleh Allah subhanahu wata’ala. Teguran langsung dari Allah ini adalah tuntunan Ilahi agar kita senantiasa berbuat baik kepada semua orang baik yang beriman atau tidak. Namun tentunya ada perbedaannya juga cara memperlakukan antara orang yang beriman dan yang tidak beriman, antara orang yang shalih, antara orang tua atau kakak dan adik kita, antara ulama’ guru-guru dan para shalihin, masing-masing punya cara. Kelakuan kita dengan orang tua kita yang muslim atau yang non muslim pun harus tetap berbuat baik kepadanya. Sebagaimana diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari dan riwayat lainnya dimana salah seorang wanita bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dia berkata : “ ibuku datang kepadaku dalam keadaan musyrikah ( dari golongan kuffar quraisy dan belum masuk Islam) apakah aku harus menyambutnya?”, maka rasulullah berkata : “iya, jika dia datang sambut dan jamulah dia”. Demikian budi pekerti kerukunan antar ummat beragama yang perlu kita perhatikan. Ada habl minannaas ( hubungan dengan manusia) dan ada habl minallah (hubungan dengan Allah), selanjutnya kita mengarah pada hubungan kita dengan Allah. Hadits yang telah kita baca tadi :

إِنَّ أُمَّتِيْ يُدْعَوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِيْنَ مِنْ آثَارِ الْوُضُوْءِ

“Sungguh ummatku akan diseru pada hari kiamat dalam keadaan bercahaya karena bekas wudhu'nya”

Dalam hadits ini Al Imam Ibn Hajar berpendapat bahwa terdapat 2 hadits, hadits yang diatas adalah hadits yang pertama dan hadits berikut adalah hadits yang kedua:

فَمَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يُطِيْلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفْعَلْ

“ Maka barangsiapa yang mampu melebihkan panjang sinar pada tubuhnya maka lakukanlah.”

Jadi kalau kita berwudhu, batas wajah adalah lebarnya dari telinga kanan sampai ke telinga kiri dan panjangnya dari tempat tumbuh rambut kira-kira satu telunjuk dari tempat tumbuhnya alis hingga ke dagu. Dan jika ingin mendapatkan kemuliaan yang ada dalam hadits tadi maka lebihkan sedikit ketika membasuh anggota wudhu’. Maka ketika membasuh muka dilebihkan hingga sampai ke rambut dan ke leher, jika membasuh tangan maka dilebihkan hingga ke atas siku, dan membasuh kaki dilebihkan hingga ke tengah betis, begitu juga dengan anggota wudhu yang lainnya. Dan menurut Al Imam Ibn Hajar hadits ini terdapat 2 makna, yang pertama bahwa yang dimaksud “ghurran muhajjilin” orang yang dibangkitkan dengan wajah yang terang benderang di hari kiamat adalah yang melebihkan air dalam membasuh anggota wudhu, namun menurut pendapat yang kedua bahwa yang dimaksud adalah orang yang memperbanyak wudhu. Jadi semakin banyak berwudhu’ maka semakin indah dan cerah wajahnya di hari kiamat karena cahaya Allah. Wudhu adalah make up yang tidak akan hilang, karena cahaya wudhu itu tidak sirna di alam kubur, tidak pula sirna di barzakh atau di hari kiamat. Make up dan kosmetik yang lain akan hilang jika terkena air , maka make up wudhu lah yang paling agung. Maka jika ingin memiliki wajah yang cerah dan sejuk dipandang perbanyaklah berwudhu namun jangan diniatkan untuk memperindah wajah namun karena untuk mengikuti sunnah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Orang yang terbiasa berwudhu kemudian dia tidak berwudhu maka orang yang biasa melihatnya akan merasakan perbedaan ketika melihat wajahnya. Dikatakan bahwa Al Arif billah jika mereka keluar rumah tanpa berwudhu maka seakan-akan mereka keluar rumah tanpa pakaian, karena orang yang berwudhu itu dijaga daripada hal-hal yang membahayakan seperti sihir, sifat sedih,sifat benci, sifat iri dan lainnya . Semoga wajah kita cerah dan terang benderang di hari kiamat dengan cahaya wudhu, sebagaimana hadits nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah kita baca tadi, amin.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Kita merenungi hadits rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dimana ketika beliau di Madinah Al Munawwarah didatangi oleh seorang sahabat dari kalangan Anshar dan berkata : “wahai Rasulullah, onta merah kami mengamuk dengan sangat beringasnya”, onta merah adalah onta yang terbesar di Madinah Al Munawwarah. Maka rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “bawa aku padanya”, kemudian rasulullah meminta dibukakan pintu jebakan itu, maka para sahabat berkata : “wahai rasulullah onta itu sedang sangat beringas” maka rasulullah berkata : “ segala sesuatu yang ada di langit dan bumi mengenal dan mengetahui bahwa aku adalah utusan Allah, kecuali pendosa dari golongan jin dan manusia maka mereka tidak mengenal aku”. Wahai Rasulullah, kami adalah pendosa dan hati kami terguncang mendengar hadits ini, awalnya kami gembira bahwa engkau dikenal seluruh makhluk di langit dan bumi, namun kalimat terakhir “kecuali pendosa dari golongan jin dan manusia maka mereka tidak mengenalku”, apakah kami tidak mengenalmu wahai rasulullah?!. Wahai Allah kami semua hadir untuk berdzikir dan bershalawat, maka jangan sisakan satu pun dari kami kecuali kesemuanya telah dikenali oleh rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan mengenal beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Hadirin hadirat, perbanyak dzikir, perbanyak ibadah, perbanyak doa dan munajat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa ketika terakhir nabi Ibrahim dilemparkan ke dalam api, kalimat terakhir yang diucapkan oleh nabiyullah Ibrahim AS adalah :

حَسْبِيَ اللهُ وَنِعْمَ اْلوَكِيْلُ

" Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung."

Ayat ini diwariskan kepada kita dengan firman yang selalu kita baca setiap di awal maulid :

فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

( التوبة : 129 )

“Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah, “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung” ( QS. At Taubah : 129 )

Dan sebagaiamana riwayat Al Imam Abu Daud Radhiyallahu ‘anhu :

مَنْ قَالَ إِذَا أَصْبَحَ وَإِذَا أَمْسَى حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ سَبْعَ مَرَّاتٍ كَفَاهُ اللَّهُ مَا أَهَمَّهُ صَادِقًا كَانَ بِهَا أَوْ كَاذِبًا

“Barangsiapa dipagi hari atau sore membaca “Hasbiyallah Laa ilaaha illa huwa ‘alaihi tawakkaltu wa huwa rabbul ‘arsy al ‘azhiim” 7 kali, maka Allah akan melindunginya dari apa apa yg dirisaukannya, apakah ia membacanya dengan kesungguhan atau tidak dengan kesungguhan” (HR Abu Dawud)

Dan terlebih lagi Jika kita hadirkan makna kalimat itu disaat kita membacanya. Wahai Allah rangkullah kami dalam kasih sayangmu dan jadikanlah kami hanya selalu berharap kepada-MU, sehingga kami tidak lagi meminta dan mengharap kepada selain-Mu…

َقُوْلُوْا جَمِيْعًا

Ucapkanlah bersama-sama

يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Rencana acara maulid akbar kita hari Selasa yang akan datang insyaallah menjadi maulid terbesar di dunia. Tepat pada tanggal 12 Rabi’ul Awal 1432 H akan bersatu kaum muslimin muslimat dari berbagai penjuru di Jabodetabek, pulau Jawa, Sumatera , Sulawesi dan lainnya akan bersatu di Jantung Ibukota negara muslim terbesar yaitu di Monas Jakarta. Kita bersama-sama untuk mendapatkan rahmat dan kedamaian dari Allah untuk bangsa kita, kota kita dan negeri lainnya, amin. Dan malam Selasa yang akan datang majelis di masjid Al Munawwar insyaallah akan kedatangan Al Allamah Al Musnid Al Habib Salim As Syathiri namun pada hari Selasa majelis di Monas beliau tidak bisa hadir karena ada jadwal lain di hari itu dan beliau memilih untuk hadir di malam Selasa majelis di masjid Al Munawwar insyaallah. Selanjutnya pembacaan qasidah Yaa Arhamarrahimin, kemudian talqin dan doa penutup oleh guru kita Al Habib Hud bin Muhammad Baqir Al Atthas yatafaddhal masykuuraa.
ReadmoreCahaya Wudhu

Seorang Muslim Yang Baik

Seorang Muslim Yang Baik



قَالَ رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِه، وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ

(صحيح البخاري)

Sabda Rasulullah saw : “Orang muslim yang baik adalah yang muslim lainnya aman dari ganguan ucapannya dan tangannya, dan orang yang Hijrah (tergolong kelompok Muhajirin) adalah yang meninggalkan apa apa yang dilarang Allah" ((Shahih Bukhari)


بسم الله الرحمن الرحيم حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

اَلْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ ، وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَاجَرَ مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ (صحيح البخاري)


Hadits ini memiliki makna yang sangat luas, diantaranya bahwa seorang muslim yang sejati adalah muslim yang mana orang-orang muslim lainnya selamat dari perbuatan lidah dan tangannya. Dimana kejahatan lidah (mulut) tidak hanya terbatas dengan umpatan atau cacian, namun kejahatan lidah bisa juga dengan mengadudomba, memfitnah dan lainnya. Begitu pula kejahatan tangan tidaklah hanya terbatas dengan pukulan namun bisa juga disebabkan karena jabatan, kekuasaan, kekuatan, atau harta. Maka seorang muslim yang baik adalah seorang muslim yang ketika orang muslim lainnya selamat dari perbuatan (kejahatan) lidah dan tangannya, ia tidak mencelakai muslim yang lain dengan lidah atau tangannya. Akan tetapi makna yang lebih agung dari hadits ini, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh guru mulia Al Musnid Al Habib Umar bin Muhammad bin Hafizh, bahwa seorang muslim yang baik adalah ketika orang muslim yang lain selamat karena lidah dan tangannya. Mungkin lidahnya (ucapan) yang berupa nasihat membuat orang lain selamat dari perbuatan jahat atau semisalnya , mungkin tangannya (perbuatannya) membuat orang lain selamat dari kejahatan atau musibah, seperti contoh ketika seseorang melihat orang faqir yang kesusahan kemudian ia mengumpulkan dana dari teman-temanya untuk membantu orang tersebut karena khawatir jika ia dibantu oleh orang lain yang memiliki kekuasaan atau kekuatan ia akan menghamba kepada orang yang membantu tersebut. Maka seorang muslim yang seperti ini adalah muslim yang sejati dimana telah menyelamatkan muslim lainnya dengan ucapan dan perbuatannya. Dan tidak ada yang lebih selamat di dunia dan di akhirah lebih dari sang pembawa keselamatan, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan tidak satu pun makhluk yang dicipta Allah di segala penjuru barat dan timur dari golongan malaikat, jin atau manusia akan selamat jika bukan karena makhluk yang dicipta Allah yang mendapatkan bagian dari rahmat Allah, dan rahmat itu adalah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

(الأنبياء : 107 )

“Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam”. (QS.Al Anbiyaa: 107)

Oleh karena itu berpeganglah erat pada rahmat itu, rangkullah keindahan cinta kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Semakin kita dekat kepada Allah subhanahu wata’ala dengan kedekatan yang sebenarnya, maka kita pun akan semakin dekat dan cinta kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan seluruh makhluk di alam semesta ini tunduk kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan izin Allah subhanahu wata’ala. Dahulu di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam, suatu ketika seorang baduwi lewat dihadapan Rasulullah kemudian beliau bertanya: “wahai fulan, hendak kemanakah engkau?” dia menjawab : “pergi untuk bersilaturrahmi ke rumah si fulan”, maka Rasulullah shallallalhu ‘alaihi wasallam berkata: “Maukah engkau kuberi sesuatu yang lebih berharga daripada hal itu?”, orang baduwi itu berkata : “apa itu?”, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهَ وَإِنِّي مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ الله

“Engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku adalah Muhammad utusan Allah”

Kemudian orang baduwi itu bertanya : “apa yang akan aku dapatkan jika aku mengucapkannya, dan apa yang bisa membuktikan bahwa kalimat itu benar?”, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “lihatlah pohon yang sangat besar itu, hampirilah pohon itu dan katakan padanya : “wahai pohon! Engkau dipanggil oleh Muhammad”. Orang baduwi itu pun merasa ragu untuk menjalankan perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam karena dia menganggap hal yang mustahil terjadi, namun akhirnya ia melaksanakannya dan berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Aku akan panggil pohon itu, namun jika pohon itu tidak mengikuti perintahmu maka akan kutebas lehermu”, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “baik, lakukanlah”. Maka orang baduwi itu berjalan menuju pohon besar itu, dan ketika samapi didepan pohon itu ia berkata : “wahai pohon! engkau dipanggil oleh Muhammad”, maka dalam sekejap pohon itu pun mulai menarik akar-akarnya sehingga seluruh akarnya keluar dari dalam bumi lalu berjalan menuju kehadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan pohon itu berkata :

السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

“Salam sejahtera atasmu wahai nabi serta rahmat dan keberkahan-Nya”

Melihat kejadian tersebut, orang baduwi itu terpaku antara sadar dan tidak karena telah melihat pohon yang sangat besar menyeret akar-akarnaya dari dalam bumi kemudian berjalan menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu mengucapkan salam kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka orang baduwi itu hendak menguji Rasulullah lagi dengan meminta beliau shallallahu ‘alaihi wasallam agar memerintah pohon itu untuk kembali pada tempatnya, si baduwi itu mengira jika beliau shallallahu ‘alaihi wasallam hanya mampu memanggilnya saja, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memenuhi permintaan baduwi itu dan berkata : “wahai pohon! kembalilah engkau ke tempatmu!”, maka pohon itu pun menyeret semua akar-akarnya dan kembali ke tempatnya, seakan telah dibantu oleh bumi untuk kembali ke tempat asalnya. Kemudian orang baduwi itu berkata :

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهَ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

“Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah”

Hal yang seperti adalah hal yang sangat mudah bagi sang nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana dalam peperangan Uhud ketika ada seorang sahabat yang terpotong tangannya oleh kaum musyrikin, maka ia datang kepada Rasulullah dengan membawa potongan tangannya dan berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “wahai Rasulullah tanganku terpotong oleh kaum musyrikin”, maka Rasulullah pun mengambil potongan tangan sahabat tersebut kemudian mengembalikannya pada semula sehingga sahabat tersebut dapat kembali berperang. Suatu waktu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi salah seorang sahabat yang berusia 40 tahun, lalu ia berkata : “wahai Rasulullah, doakanlah wajahku”, lantas Rasulullah mengusap wajahnya dan berkata: “Ya Allah perindahlah wajahnya”, akhirnya sahabat itu wafat dalam usia 80 tahun namun wajahnya seperti wajah anak berusia 15 tahun, hal-hal yang seperti itu merupakan mu’jizat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Dahulu sayyidina Hassan bin Tsabit sering memuji nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan syair-syairnya dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah marah atas pujian-pujian tersebut. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam marah dan tidak menyukai pujian-pujian yang diucapkan oleh orang-orang munafik, sehingga di zaman sekarang hal ini digunakan sebagai dasar bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak suka dipuji, padahal hal itu adalah dalil bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak suka dipuji oleh orang munafik, mengapa? karena mereka (orang-orang munafik) hanya sekedar suka memuji beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tanpa mengikuti beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana ketika ada peperangan mereka para kaum munafik tidak mau ikut serta dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan pengikutnya, bahkan mereka para kaum munafik menginginkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat dalam peperangan tersebut sehingga tidak kembali lagi, dan mereka memuji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hanyalah agar aman dan selamat dari pedang sayyidina Umar bin Khattab dan para pembesar kaum muslimin yang lainnya, maka hal itulah yang tidak disukai oleh Rasulullah karena pujian dan cinta mereka tidaklah sebenarnya.

Terdapat dalam riwayat Shahih Al Bukhari, ketika sayyidina Hassan bin Tsabit membaca qasidah/nasyidah didepan kubah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di masjid An Nabawi, maka ketika itu datanglah sayyidina Umar bin Khattab RA dan berkata : “wahai Hassan bin Tsabit, tidak adakah tempat lain untuk engkau membaca qasidah selain di tempat ini?”, maka sayyidina Hassan berkata: “Dahulu aku telah membaca qasidah di tempat ini dan ketika itu ada orang yang lebih mulia daripada engkau (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mendoakanku dengan berkata : “semoga Allah subhanahu wata’ala menjaga bibirmu”, yang disaat itu ada Abu Hurairah ada bersama mereka ditanya oleh sayyidina Umar bin Khattab Ra : “Benarkah demikian wahai Abu Hurairah?” , maka Abu Hurairah menjawab dan membenarkan hal itu.
Dan setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat pun masih banyak orang yang membaca qasidah di makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hingga abad ke-18 ini, jangankan membaca qasidah di makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menghadap ke makam beliau pun dilarang.

Dahulu di masa seorang penyair hebat dan sangat terkenal yaitu syaikh Farazdaq dimana beliau selalu asyik memuji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau mempunyai kebiasaan melakukan ibadah haji setiap tahunnya. Suatu waktu ketika beliau melakukan ibadah haji kemudian datang berziarah ke makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan membaca qasidah di makam beliau shallallahu ‘alaihi wasallam,dan ketika itu ada seseorang yang mendengarkan qasidah pujian yang dilantunkannya, setelah selesai membaca qasidah orang itu menemui syaikh Farazdaq dan mengajak beliau untuk makan siang ke rumahnya, beliau pun menerima ajakan orang tersebut dan setelah berjalan jauh hingga keluar dari Madinah Al Munawwarah hingga sampai di rumah orang tersebut, sesampainya di dalam rumah orang tersebut memegangi syaikh Farazdaq dan berkata: “sungguh aku sangat membenci orang-orang yang memuji-muji Muhammad, dan kubawa engkau kesini untuk kugunting lidahmu”, maka orang itu menarik lidah beliau lalu mengguntingnya dan berkata : “ambillah potongan lidahmu ini, dan pergilah untuk kembali memuji Muhammad”, maka Farazdaq pun menangis karena rasa sakit dan juga sedih tidak bisa lagi membaca syair untuk sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian beliau datang ke makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berdoa : “Ya Allah jika shahib makam ini tidak suka atas pujian-pujian yang aku lantunkan untuknya, maka biarkan aku tidak lagi bisa berbicara seumur hidupku, karena aku tidak butuh kepada lidah ini kecuali hanya untuk memuji-Mu dan memuji nabi-Mu, namun jika Engkau dan nabi-Mu ridha maka kembalikanlah lidahku ini ke mulutku seperti semula”, beliau terus menangis hingga tertidur dan bermimpi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang berkata : “aku senang mendengar pujian-pujianmu, berikanlah potongan lidahmu”, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil potongan lidah itu dan mengembalikannya pada posisinya semula, dan ketika syaikh Farazdaq terbangun dari tidurnya beliau mendapati lidahnya telah kembali seperti semula, maka beliaupun bertambah dahsyat memuji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Hingga di tahun selanjutnya beliau datang lagi menziarahi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan kembali membaca pujian-pujian untuk Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, dan di saat itu datanglah seorang yang masih muda dan gagah serta berwajah cerah menemui beliau dan mengajak beliau untuk makan siang di rumahnya, beliau teringat kejadian tahun yang lalu namun beliau tetap menerima ajakan tersebut sehingga beliau dibawa ke rumah anak muda itu, dan sesampainya di rumah anak muda itu beliau dapati rumah itu adalah rumah yang dulu beliau datangi lalu lidah beliau dipotong, anak muda itu pun meminta beliau untuk masuk yang akhirnya beliau pun masuk ke dalam rumah itu hingga mendapati sebuah kurungan besar terbuat dari besi dan di dalamnya ada kera yang sangat besar dan terlihat sangat beringas, maka anak muda itu berkata : “engkau lihat kera besar yang di dalam kandang itu, dia adalah ayahku yang dulu telah menggunting lidahmu, maka keesokan harinya Allah merubahnya menjadi seekor kera”. Dan hal yang seperti ini telah terjadi pada ummat terdahulu, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :

فَلَمَّا عَتَوْا عَنْ مَا نُهُوا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ

( الأعراف :166 )

“Maka setelah mereka bersikap sombong terhadap segala apa yang dilarang, Kami katakan kepada : “mereka jadilah kalian kera yang hina”. ( QS. Al A’raf : 166 )

Kemudian anak muda itu berkata: “jika ayahku tidak bisa sembuh maka lebih baik Allah matikan saja”, maka syaikh Farazdaq berkata : “Ya Allah aku telah memaafkan orang itu dan tidak ada lagi dendam dan rasa benci kepadanya”, dan seketika itu pun Allah subhanahu wata’ala mematikan kera itu dan mengembalikannya pada wujud yang semula.
Dari kejadian ini jelaslah bahwa sungguh Allah subhanahu wata’ala mencintai orang-orang yang suka memuji nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, karena pujian kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam disebabkan oleh cinta dan banyak memuji kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berarti pula banyak mencintai beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan semakin banyak orang yang berdzikir, bershalawat dan memuji nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasalla, maka Allah akan semakin menjauhkan kita, wilayah kita dan wilayah-wilayah sekitar dari musibah dan digantikan dengan curahan rahmat dan anugerah dari Allah subhanahu wata’ala.

وصلى الله على سيدنا محمد وآله وصحبه وسلم وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
ReadmoreSeorang Muslim Yang Baik

Winamp Pro V.5.62


Link Download : Winamp Pro V.5.62
ReadmoreWinamp Pro V.5.62

Pemimpin Yang Muslim

Pemimpin Yang Muslim



قال رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : فَمَنْ وَلِيَ شَيْئًا مِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَاسْتَطَاعَ، أَنْ يَضُرَّ فِيهِ أَحَدًا، أَوْ يَنْفَعَ فِيهِ أَحَدًا، فَلْيَقْبَلْ مِنْ مُحْسِنِهِمْ، وَيَتَجَاوَزْ عَنْ مُسِيِّهِمْ.

(صحيح البخاري)

Sabda Rasulullah SAW: “Maka siapapun yang menjadi pemimpin dari Ummat Muhammad SAW, maka ia berbuat semampunya, lalu membawa dampak buruk pada seseorang, lalu membawa dampak baik pada orang lain, maka terimalah kebaikannya dan maklumilah kesalahannya” (Shahih Bukhari)

قَالَ رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ رَأَى مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَصْبِرْ عَلَيْهِ فَإِنَّهُ مَنْ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ شِبْرًا فَمَاتَ إِلَّا مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً

(صحيح البخاري)



Sabda Rasulullah SAW: “Barangsiapa melihat pada pemimpinnya sesuatu yang ia benci, hendaknya ia bersabar akan perbuatan pemimpinnya, maka sungguh siapa yang memisahkan diri dari kelompok muslimin (yang dipimpin oleh pemimpin tsb), lalu ia wafat (dalam keadaan memisahkan diri), maka wafat dengan kematian Jahiliyah” (Shahih Bukhari)

Hadirin yang dimuliakan Allah, kedua hadits ini memperjelas dan menjawab dari 14 abad yang silam tentang akan munculnya di masa sekarang golongan-golongan yang hendak membuat negara Islam sendiri dan lain sebagainya yang keluar dari jalur yang benar, dari penguasa dan pemerintahannya. Selanjutnya kita dengarkan tausiah As Syaikh Al Ustadz Ridwan untuk menyampaikan sebagian syarah dari hadits ini, kemudian dilanjutkan tausiah dari saya, lalu penutup dan doa. Tafaddhal masykura.

Tausiah Al Ustadz Ridwan

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

الحمدلله الذي هدانا لهذا وما كنا لنهتدي لولا أن هدانا الله اللهم صل وسلم على سيدنا محمد مفتاح باب رحمة الله عدد ما في علم الله صلاة وسلاما دائمين بدوام ملك الله وعلى آله وصحبه ومن والاه ، أما بعد.. سبحانك لا علم لنا إلا ما علمتنا إنك أنت العليم الحكيم وتب علينا إنك أنت التواب الرحيم ولاحول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم..اللهم يا فتاح يا عليم افتح علينا فتحا قريبا برحمتك يا أرحم الراحمين

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, khususnya Fadhilah As Sayyid Al Habib Munzir bin Fuad Al Musawa, begitu pula para habaib yang hadir di tempat ini, yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu akan tetapi tidak mengurangi rasa hormat dan ta’zhim kami kepada beliau-beliau, para ulama’ dan para hadirin-hadirat, ummat nabi besar Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Segala puji bagi Allah subhanahu wata’ala atas nikmat-nikmat-Nya sehingga pada kesempatan di malam hari yang penuh barakah dan curahan rahmat dari Allah subhanahu wata’ala, baik itu berupa rahmat yang zhahirah atau yang bathinah. Rahmat yang zhahirah seperti hujan yang turun maka yang dikenai hanya yang diluar saja, namun rahmat yang bathinah baik yang di luar atau yang di dalam kesemuanya akan mendapatkan rahmat Allah subhanahu wata’ala. Rahmat bathinah itu didapatkan di majelis-majelis seperti ini, majelis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan orang yang mengingat Allah atau yang berdzikir kepada Allah subhanahu wata’ala itu mendapatkan julukan “Jaliis Ar Rahman” (teman duduk Allah subhanahu wata’ala), karena dia sedang berdzikir dan menghadap kepada Allah, menyebut nama Allah subhanahu wata’ala, dimana ketika di muka bumi ia mengingat dan menyebut nama Allah, maka Allah subhanahu wata’ala menyebut-nyebut namanya di hadapan para malaikat Allah, seperti jama’ah yang berkumpul di tempat ini, walaupun bentuknya dengan membaca shalawat, karena shalawat juga termasuk daripada bentuk dzikir kepada Allah, karena setiap kita bershalawat kita mengucapkan “Allahumma shalli ‘alaa sayyidina Muhammad”, dan Allah subhanahu wata’ala berfirman :

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ

( البقرة : 152 )

“Maka ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu”. ( QS. Al Baqarah : 152)


Jadi, jika seseorang ingin selalu diingat oleh Allah subhanahu wata’ala maka tidak ada cara lain kecuali dia selalu mengingat Allah subhanahu wata’ala baik dalam keadaan gembira atau senang, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

تَعَرَّفْ إِلَى الله ِ فِيْ الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِيْ الشِّدَّ ةِ

“ Kenalilah Allah di waktu senang pasti Allah akan mengenalimu di waktu sempit (kesusahan)”


Tatkala engkau dalam keadaan senang dan gembira, diberi nikmat oleh Allah subhanahu wata’ala dan kau tidak lupa untuk bersyukur kepada Allah lalu engkau salurkan nikmat itu di jalan yang diridhai oleh Allah, maka Allah akan terus menambahkan nikmat itu hingga tiada habisnya pemberian dari Allah subhanahu wata’ala. Dan tatkala engkau dalam keadaan kesulitan, dalam keadaan diuji oleh Allah subhanahu wata’ala dengan musibah atau bala’, dan sebelum engkau mengangkat kedua tanganmu dihadapan Allah subhanahu wata’ala, sebelum engkau meneteskan air matamu di hadapan Allah ketahuilah bahwa Allah mengenalmu karena disaat gembira engkau menyebut-Nya. Adapun bershalawat kepada rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah bentuk dari berdzikir kepada Allah, sebagaimana tafsir dari firman Allah :

وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ

( الشرح : 4 )

“ Dan Kami tinggikan sebutan (nama) mu”. ( QS. Al Insyirah : 4 )

Ayat ini ditafsirkan dalam hadits qudsi :

يَا مُحَمَّدُ جَعَلْتُكَ ذِكْرًا مِنْ ذِكْرِيْ مَنْ ذَكَرَكَ فَقَدْ ذَكَرَنِيْ وَمَنْ أَحَبَّكَ فَقَدْ أَحَبَّنِيْ

“ Wahai Muhammad, Aku telah menjadikanmu dzikir dari dzikirku, barangsiapa yang menyebutmu maka ia telah menyebut-Ku, dan barangsiapa yang mencintaimu sungguh ia telah mencintai-Ku”


Sehingga tidak disebut nama nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam kecuali pasti ada nama Allah, dan tidak juga disebut nama Allah subhanahu wata’ala kecuali pasti ada nama nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana Shahib Ad Diba’ mengatakan :

قَرَنَ إِسْمَهُ مَعَ اسْمِهِ تَنْبِيْهًا لِعُلُوِّ مَقَامِهِ

“Menggabungkan namanya (nabi Muhammad) dengan nama-Nya (Allah) karena tingginya kedudukannya”.


Dan barangsiapa yang menyebut nama nabi Muhammad, maka berarti ia telah menyebut nama Allah, dan barangsiapa yang mencintai nabi Muhammad maka ia telah mencintai Allah.
Alangkah beruntungnya orang-orang yang mencintai nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Nabi Muhammad adalah sosok seorang pemimpin yang dicintai oleh ummatnya, bahkan musuh pun mencintai beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, sebelum mereka mengetahui bahwa nabi Muhammad adalah seorang nabi dan rasul, bahkan mereka memberikan julukan kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam “Al Amin”, orang yang dipercaya, sehingga mereka menaruh amanat-amanat mereka bukan kepada Abu Jahl atau Abu Lahb, bukan kepada musuh-musuh Allah, akan tetapi kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, mengapa? karena mereka mengenal siapa nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang mana barangsiapa memandang wajah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, baik dia orang mu’min atau kafir pun maka ia akan mengetahui bahwa wajah itu bukanlah wajah seorang pendusta, begitu pula para pewaris nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam apabila wajah mereka maka menyejukkan hati, yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

الَّذِيْنَ إِذَا رُؤُوْا ذَكَرَا اللهَ

Jika wajah mereka dipandang maka akan mengingatkan kita kepada Allah subhanahu wata’ala. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah pemimpin, bukan hanya pemimpin di dunia saja akan tetapi beliau adalah pemimpin di dunia, di barzakh, dan di akhirat, sayyidul awwalin wal akhirin wa sayyidul anbiya’ wal mursalin, sayyiduna Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Apabila kita ingin mencontoh dan menteladani seseorang maka tidak ada contoh yang lebih baik daripada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau adalah panutan terbaik dalam segala sesuatu. Mau menjadi kepala rumah tangga maka contohlah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, karena beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memberi contoh yang baik sebagai kepala rumah tangga. Menjadi seorang teman atau sahabat, maka contohlah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bagaimana mu’amalah beliau kepada para sahabat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau menghormati dan menghargai para shahabat, jika mau mencontoh seorang pemimpin maka contohlah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Oleh karena itu nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa orang yang memimpin suatu negara atau suatu ummat, dan dia mampu menjalankan kepemimpinannya, dan bisa mengayomi ummatnya maka ia akan bersama nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam kelak di hari kiamat. Maka tadi disebutkan di dalam hadits yang diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari dan Shahih Muslim, yang artinya barangsiapa yang dipilih oleh ummat untuk menjadi pemimpin, yang mana setiap seorang pemimpin pastilah memiliki kekurangan dan tidak ada yang sempurna kecuali nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana beliau adalah “Al Insaan Al Kaamil”, manusia yang sempurna dan adapun selain nabi Muhammad shallallau ‘alaihi wasallam pastilah banyak memiliki kekurangan yang, karena mereka bukanlah orang yang ma’sum, yang terjaga dari perbuatan-perbuatan makruh atau maksiat. Maka apabila ada kekurangan dari seorang pemimpin yang dia adalah seorang muslim, dan meskipun pemimpin itu adalah seorang budak maka wajib bagi kita untuk mentaatinya. Alhamdulillah kita di negara Indonesia dari awal hingga detik ini masih dipimpin oleh orang muslim, jika kita tidak suka terhadap pemimpin yang muslim maka Allah akan member bencana dengan diberikan kepada kita pemimpin yang bukan muslim wal’iyazubillah, dan pastilah juga akan terdapat banyak kekurangan pada dirinya. Maka kita harus memperbaiki dengan mencontoh akhlak-akhlak nabi yang mulia yang telah dipuji Allah subhanahu wata’ala :

وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ

( القلم : 4 )

“ Dan sesungguhnya engkau benar-benar berada di atas akhlak yang mulia”. ( QS. Al Qalam : 4 )


Sebelum beliau shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, beliau berkata kepada ummatnya bahwa jika ada yang memimpin kalian maka terimalah dari kebaikan-kebaikan mereka dan maafkan kekurangan-kekurangan mereka. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

إِذَا أُسْنِدَ اْلأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ

“Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu”.


Jika suatu kepemimpinan disandarkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya. Seorang pemimpin yang selalu memikirkan ummatnya dan selalu berusaha berbuat yang terbaik untuk ummatnya, dan apabila dia tergelincir sedikit dari kebenaran atau mendapatkan masalah, maka ia datang kepada para ulama’ bermusyawarah dan meminta pendapat kepada para ulama’, yang mana ulama’ adalah sebagai pembimbing ummat baik dia orang biasa, orang kaya atau miskin apalagi dia adalah seorang pemimpin yang mau meminta nasihat dari para ulama’. Bahkan para pemimpin terdahulu banyak diantara mereka adalah ulama’, sebagaimana Sultan di Hadramaut adalah seorang yang hafal Shahih Al Bukhari. Dan di zaman sekarang jangankan sultan, para ulama’ nya pun tidak hafal, dan jangankan Shahih Al Bukhari, kitab Riyadhus Shalihin pun banyak diantara ulama’ yang tidak hafal. Namun para pemimpin terdahulu mereka menghafal Shahih Al Bukhari, diantaranya Sultan Mahmud di Hadramaut yang mana di setiap harinya beliau bershalawat kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebanyak 300.000. Sultan Mahmud tidak keluar dari Masjid sebelum setiap selesai shalat subuh kecuali beliau telah bershalawat kepada rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebanyak 300.000 sehingga beliau bermimpi berjumpa dengan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang bertanya kepadanya : “ mengapa engkau berlama-lama di sini, apa yang kau lakukan?”, maka beliau menjawab : “aku berlama-lama di masjid tidaklah melakukan sesuatu kecuali bershalawat kepadamu wahai Rasulullah”, maka beliau diberi amalan shalawat oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam beberapa amalan shalawat yang mana pahalanya setiap membaca satu kali seperti 100.000, dan jika diulang sebanyak tiga kali maka seperti membaca shalawat sebanyak 300.000, engaku sebagai pemimpin keluarlah dari masjid maka akan engkau temukan banyak ummat yang memiliki hajat, kata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

ثَلاَثَةٌ لَاتُرْفَعُ صَلاَتُهُمْ فَوْقَ رُؤُوْسِهِمْ شِبْرًا : رَجُلٌ أَمَّ قَوْمًا وَهُمْ لَهُ كَارِهُوْنَ وَامْرأَةٌ بَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَلَيْهَا سَاخِطٌ وَأَخَوَانٌ مُتَصَارِمَانِ

“Ada tiga manusia yang shalat mereka tidak diangkat melebihi kepala mereka walau sejengkal, yaitu seseorang yang memimpin suatu kaum sedangkan mereka membencinya, dan seorang wanita (istri) yang tidur sementara suaminya marah terhadapnya, dan dua orang bersaudara yang saling bermusuhan”


Yang pertama adalah seseorang yang memimpin suatu kaum sedangkan orang-orang yang dipimpinnya membencinya karena ia selalu murka dan berbuat zhalim, pemimpin yang seperti itu beramal apapun ia maka amalannya tidak akan Allah terima. Kedua adalah seorang wanita yang tidur di malam hari sedangkan suaminya benci terhadapnya, maka shalat dan ibadah yang lainnya tidak diterima oleh Allah subhanahu wata’ala. Yang ketiga adalah dua orang muslim yang saling bermusuhan, dihatinya ada kebencian terhadap saudara muslim yang lainnya, jika dia mempunyai amalan pahala maka amalan itu tidak diterima oleh Allah.

Mudah-mudahan kita dijadikan diantara hamba-hamba yang Allah terima amalan kita semuanya, dan Allah berkati kita semua. Kita doakan habibana Munzir semoga Allah beri kesembuhan yang sempurna, ini adalah pelajaran untuk kita semua kita lihat beliau begitu semangat mengajar kita meskipun harus dengan kursi rodda, maka kita yang diajar harus lebih semangat daripada guru. Kita lihat betapa semangat guru kita, insyaallah kita akan mendapatkan mahabbah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tausiah Al Habib Munzir Al Musawa

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha menciptakan keluhuran, Maha melimpahkan kebahagiaan. Di malam yang mulia ini kita berkumpul kembali untuk mendapatkan limpahan keridhaan, mendapatkan cahaya pengampunan, semoga Allah melimpahi keberkahan kepada kita di majelis ini, yang dengannya terhapus seluruh dosa, tersingkirkan segala musibah yang akan datang kepada kita digantikannya dengan rahmah serta menuntun kita dengan cahaya keindahan Allah, dalam setiap langkah kita, sikap, gerak-gerik kita, hari-hari kita, dunia dan akhirat kita dijaga oleh cahaya keindahan Ilahi, dan kesemua itu tidaklah sulit bagi Allah. Allah subhanahu wata’ala berfirman :

وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَآَمَنَ مَنْ فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّى يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ

( يونس : 99 )

“Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya ?”. ( QS. Yunus : 99)

Jika Allah mau, Allah Maha Mampu membuat seluruh penduduk bumi itu mendapatkan hidayah dan tidak ada yang sesat. Dan apakah kalian akan terus membenci mereka yang tidak beriman sampai mereka beriman?, kemudian Allah melanjutkan firman-Nya :

وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تُؤْمِنَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَجْعَلُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ

( يونس : 100 )

“Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya”. ( QS. Yunus : 100 )

Apakah kalian tidak mau mencintai dan menyayangi kecuali kepada orang yang beriman, padahal tiadalah seseorang itu beriman kecuali dengan izin dan kehendak Allah, dan Allah telah menjelaskan dalam firman-Nya bahwa Allah telah menjadikan dosa dan perbuatan hina bagi mereka yang tidak mau berfikir. Dari sini dapat kita fahami bahwa semakin kita berfikir dengan fikiran yang jernih maka kita akan semakin menemukan hakikat Ilahi dalam segala hal yang kita lihat.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Ketika cahaya ketenangan terbit dalam sanubari kita melalui nama Allah Yang Maha Luhur dalam dzikir dan disaat kita sedang khusyu’ dalam mengingat Allah, (Allah itu tidak terlihat, tidak terdengar dan tidak pula dapat disentuh, namun bagaimana kita percaya terhadap yang tidak bisa dilihat, tidak pula disentuh, hal seperti sering dipertanyakan kepada saya). Jika kita ingin mengenal seorang artis misalnya, cukupkah bagi kita hanya sekedar melihat sobekan-sobekan kertas di depan kita, jika kita ingin mengenal hakikatnya maka kita harus mendekat kepadanya, jangan sekedar membaca di koran atau majalah saja bisa jadi berita itu bohong, namun harus bertemu dan mendekat kepadanya barulah kita akan mengenalnya, demikian pula Allah lebih dari hal itu. Maka kenalilah cermin rabbani sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang dengan itulah kelembutan sang nabi, kasih sayang sang nabi agar kita lebih mengenal Allah sehingga kita merindukan Allah. Jika keadaan seperti ini maka di detik-detik engkau mengingat Allah engkau akan terlupa dari segala yang kau lihat, kau dengar dan kau rasakan karena dahsyatnya kelezatan mengingat Allah subhanahu wata’ala. Seperti halnya di saat kita sedang melamun dan hanyut dalam lamunan yang kuat, di saat seperti itu jika ada teman kita yang lewat di depan kita maka kita tidak akan melihat dan merasakan hal itu, demikian pula suara, jika seseorang memanggil orang yang sedang tenggelam dalam lamunan maka dia tidak akan mendengar panggilan itu, karena dia sedang konsentrasi dengan suatu kekuatan qalbiah yang mengalahkan kekuatan fikriah dan kekuatan jasadiah. Hal yang seperti ini adalah kekuatan ruh yang menguasai sanubari yang mengalahkan jasad dan fikiran. Demikian pula orang yang berdzikir yang mengingat Allah subhanahu wata’ala dalam beberapa detik ia akan tenggelam asyik dan rindu kepada Yang Maha Indah mencipta alam semesta dari tiada ini, yang mana Allah telah berfirman dalam hadits qudsi:

مَنْ أَحَبَّ لِقَائِيْ أَحْبَبْتُ لِقَاءَهُ

“Barangsiapa yang ingin berjumpa dengan-Ku, maka Aku pun ingin berjumpa dengannya”

Maka ketika seseorang terisak-isak menangisi keadaan dirinya, yang kaya raya kebingungan karena dikejar-kejar masalah, yang miskin kebingungan karena dikejar-kejar hutang, yang sakit kebingungan dengan obat-obatan yang harus harus ia dapatkan, berobat kemana-mana tetap saja tidak sembuh, ketika makan minum atau akan tidur selalu terfikirkan bagaimana menyembuhkan penyakitnya, namun ketika ia membuka rahasia keluhuran untuk mendekat kepada Sang Maha Pencipta segalanya maka Allah akan meluruskan keadaannya dan membenahinya.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Allah subhanahu wata’ala tidak akan mengecewakan hamba-hamba-Nya yang berdoa, namun tentunya dalam kehidupan dunia yang sementara ini ada norma-norma kehidupan yang harus kita lewati, sebagaimana hadits yang kita dengar tadi (sekilas mungkin ada yang menganggap aneh dengan hadits tersebut, Habib kok menyampaikan hadits seperti itu?!, sampai-sampai dulu ada yang mengatakan bahwa Habib Munzir itu antek pemerintah, masyaallah) hadits ini adalah ucapan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam (jika dikatakan bahwa saya adalah antek nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, benar orang yang mengatakan itu) dan hanya dua hadits yang kita baca di malam hari ini, padahal lebih dari 12 hadits yang seriwayat dengan hadits ini dalam Shahih Al Bukhari, belum lagi dari Shahih Muslim. Hadits pertama yang kita baca tadi, dimana di hari-hari terakhir kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau keluar menemui muslimin dalam keadaan mengikat kepalanya dengan kain yang penuh dengan obat-obatan , karena dahsyatnya sakit pusing yang beliau alami saat itu, maka beliau keluar dituntun oleh para sahabat dengan wajah yang penuh keringat dan pucat, kemudian beliau berkata kepada manusia: “wahai kalian mendekatlah kepadaku”, maka para sahabat pun berdesakan mendekat kepada beliau, kemudian beliau bersabda :

فَمَنْ وَلِيَ شَيْئًا مِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عََلَيْهِ وَسَلَّمَ فاَسْتَطَاعَ أَنْ يَضُرَّ فِيْهِ أَحَدًا أَوْ يَنْفَعَ فِيْهِ أَحَدًا فَلْيَقْبَلْ مِنْ مُحْسِنِهِمْ وَيَتَجَاوَزْ عَنْ مُسِيئِهِمْ

“Siapapun yang menjadi pemimpin dari Ummat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan bisa membawa keburukan pada seseorang (kaum), dan bermanfaat bagi orang (kaum) lainnya, maka terimalah kebaikannya dan maafkan kesalahannya”

Barangsiapa yang terpilih menjadi pemimpin diantara ummat sayyidina Muhammad, kemudian ia berbuat semampunya ( dalam riwayat lainnya -membawa mudharat ; kesusahan pada suatu kelompok, dan memberi manfaat pada kelompok lainnya) ,maka bersabarlah dan terimalah kebaikannya serta maafkan kejelekannya. Dan hadits yang kedua Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

مَنْ رَأَى مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَصْبِرْ عَلَيْهِ فَإِنَّهُ مَنْ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ شِبْرًا فَمَاتَ إِلَّا مَاتَ مَيتَةً جَاهِلِيَّةً
:

“Barang siapa yang melihat sesuatu ia benci dari pemimpinnya, maka hendaknya ia bersabar atasnya, karena barang siapa yang berpisah dari jama’ah dengan sejengkal lalu ia mati, kecuali ia akan mati seperti matinya orang jahiliyyah”.

Maka jika melihat pada seorang pemimpin sesuatu yang kita benci maka hendaklah bersabarlah, karena yang memisahkan diri dari kelompok muslimin (sebagian besar muslimin), jika ia wafat dalam keadaan seperti itu dan belum bertobat, maka ia mati dalam keadaan jahiliyyah. Hal yang seperti ini banyak muncul di zaman sekarang, muslim yang lain dianggapnya kafir sehingga jika ada orang muslim lain yang melakukan shalat di masjid mereka maka ia mencuci atau membersihkan masjid itu, karena mereka menganggap golongan selain mereka najis. Kita jangan membenci mereka, kenapa? kasihan bagaimana nasibnya di saat sakaratul maut, bagaimana nasib mereka ketika berada di bawah tanah, karena telah disabdakan oleh Rasulullah bahwa orang yang seperti itu akan mati dalam kematian jahiliyyah, yakni mati seperti matinya kaum jahiliyyah, yaitu mati dalam keadaan su’ul khatimah jika memisahkan diri dari Jama’ah Al Muslimin. Oleh sebab itu, jika kita mendengar perkataan “Negara Islam Indonesia” maka tidak perlu kita ributkan dari awal mendengar namanya saja sudah sangat jelas kesalahannya apalagi kesananya, karena Islam tidak punya negara, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah membuat negara Islam Madinah atau negara Islam Makkah atau negara Islam Thaif, namun yang ada hanyalah tuntunan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam untuk Daulah Islamiyyah di seluruh dunia, bukan untuk satu negara, maka hal-hal yang seperti ini tidak perlu diributkan, namun jangan dibiarkan dan waspada terhadap anak-anak kita, saudara-saudara kita dan teman-teman kita lainnya, ciri-ciri mereka diantaranya jika ngaji tidak secara terang-terangan dan dengan jumlah yang sedikit, satu, dua, tiga atau empat orang dan secara sembunyi-sembunyi, tidak ingin diketahui orang lain, mengapa mereka tidak berani secara terang-terangan jika mereka dalam kebenaran? seharusnya jika mereka dalam kebenaran mereka berani menampakkan diri mereka, namun karena mereka adalah kelompok yang bathil maka mereka tidak berani menampakkan diri mereka. Namun jangan disangka dari kelompok mereka jika ada 3 atau 4 orang mojok-mojok di tempat acara Majelis Rasulullah yang membaca Al Qur’an, mereka itu kelompok HR yang mungkin malu jika didengar orang lain karena ngajinya masih belum lancar dan terbata-bata, maka mereka sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui orang lain, maka jangan salah mereka bukan kelompok seperti yang kita sebut di awal, mereka adalah kelompok HR (Halaqatur Rasul) yang lagi membaca Al Qur’an.

Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membagi-bagikan ghanimah, ketika itu ada orang yang merasakan bahwa pembagian yang dilakukan Rasulullah tidak adil, maka sebagaimana riwayat dalam Shahih Al Bukhari datanglah seseorang yang berjenggot panjang, dahinya menonjol, kepalanya botak dan dua giginya menonjol kedepan, lalu dia berkata kepada Rasulullah : “ bertakwalah kepada Allah wahai Rasulullah”, maksudnya adalah jika membagi-bagikan ghanimah dengan adil. Maka ketika itu berubah wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam marah dan berkata : “jika aku tidak adil dan bertakwa mak siapa yang bertaqwa di atas muka bumi ini?!”, maka terdiamlah orang itu , kemudian sayyidina Khalid bin Walid menghunuskan pedangnya dan berkata : “wahai Rasulullah, izinkan aku menebas kepala orang ini”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “biarkan dia”, lalu beliau bersabda : “kelak akan muncul dari keturunan orang itu, kelompok yang melakukan shalat namun mereka memerangi orang muslim dan tidak memerangi orang yang menyembah berhala”. Yang mereka perangi adalah orang muslim yang mengucapkan “Laa ilaaha illallah”, yang membaca tahlil mereka perangi, yang melakukan sunnah ziarah kubur mereka perangi, namun para penyembah berhala tidak mereka hiraukan. Dan memang benar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, telah muncul saat ini di abad ke-18 ini kelompok-kelompok seperti itu. Rasulullah bersabda jika beliau masih hidup di zaman itu maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam akan memerangi mereka sebagaimana memerangi kaum ‘Ad, Rasulullah yang akan memeranginya. Dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani di dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa tidak berhak bagi kita untuk memerangi mereka dengan kekerasan, karena kalimat “لو (jika)” , dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

لَوْ أَدْرَكْتُهُمْ لَقَتَلْتُهُمْ قَتْلَ عَادِ

“ Jika aku mendapati mereka, pastilah kuperangi mereka, sebagaimana kaum ‘Ad”


adalah jika Rasulullah ada di zaman sekarang maka Rasulullah akan memeranginya. Jadi jangn terbawa oleh pemahaman-pemahaman mereka yang aneh seperti itu, jika menemukan pemahaman yang aneh seperti itu maka berusahalah untuk meluruskanlah pada pemahaman yang benar hingga mereka sadar, jika mereka tetap saja namun engkau terus berusaha meluruskannya maka engkau pun akan tetap mendapatkan pahalanya.
Ketahuilah, setiap orang yang sesat, orang non muslim, orang fasik atau yang zhalim pada setiap wajah mereka ada harapan dari nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mereka bertobat, maka jangan melihat mereka dari kejelekannya, ingatlah jika Rasulullah melihat mereka maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menginginkan mereka menjadi baik, jadi kita harus berfikir akan perasaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau ingin semakin banyak orang yang baik maka berbuatlah banyak kebaikan.

Selanjutnya ada banyak pertanyaan yang muncul, pertanyaan pertama: “Bagaiamana hukumnya istri yang dilarang suaminya untuk hadir majelis?”. Mengapa istri dilarang hadir majelsi?!, jika suami tidak bisa mendidik istri di rumah maka jangan dilarang istri untuk pergi majelis, kecuali suami bisa mendidik istri dengan baik di rumah dengan mengajarinya ilmu fiqh, ilmu tafsir, ilmu kesucian hati dan ketenangan bathin , maka tidak apa-apa jika istri dilarang untuk hadir majelis. Namun jika keadaannya sang suami pergi kerja dan istri di rumah dari pagi sampai sore hanya menonton sinetron di televisi maka hal yang seperti ini sama saja dengan merusak si istri, dan kelak akan dituntut di hari kiamat. Jadi gimana? izinkan istri untuk hadir di majelis ta’lim, ika tempatnya kejauhan maka cari majelis ta’lim yang terdekat, mejelis ta’lim di Jakarta sangat banyak, jika tidak bisa hadir majelis yang di malam hari maka hadir majelis yang di siang hari, banyak terdapat majelis untuk ibu-ibu, ada yang siang dan ada yang sore. Maka untuk para suami bantulah istri-istrimu untuk turut termuliakan.

Pertanyaan kedua : “Bagaimana hukumnya pengobatan alternatif dan ruqyah, apakah boleh ?” .
Ruqyah yang dilakukan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam itu ada 2 macam, yang pertama adalah perbuatan shahabat yang diakui oleh nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana ketika para sahabat keluar untuk berdakwah di tempat yang jauh, dan mereka tidak diterima di kelompok itu, lalu mereka berkata: “kepala suku kami sedang sakit, jika kalian bisa menyembuhkannya maka kami akan beriman dengan ajaran kalian”, maka datanglah para sahabat kepadanya , lalu dibacakanlah surah Al Fatihah kemudian ditiupkan ke dalam air kemudian diminumkan kepada yang sakit yang kemudian sembuh lalu masuk masuk Islam. Mereka gembira karena kepala suku mereka sembuh, kemudian para sahabat diberi kambing oleh mereka, lalu kambing itu dibawa kehadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan Rasulullah pun senang dan berkata : “bagaimana perjalanan kalian kesana?”, para sahabat berkata : “ kami pulang dengan dihadiahkan kepada kami kambing dan banyak dari mereka yang masuk Islam”, wahai Rasulullah bolehkah kami memakan kambing itu?”, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “sembelih dan makanlah dan sisakan sedikit untukkku”. Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani menjelaskan dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari, bahwa Rasulullah meminta disisihkan sedikit bukan berarti Rasulullah tamak ingin kebagian makan kambing, namun untuk menta’kid keyakinan sahabat agar tidak ragu dengan pemberian hadiah yang seperti itu, hal yang seperti itu diperbolehkan. Dan yang kedua sebagaimana dijelaskan dalam Shahih Al Bukhari bahwa Rasulullah mengobati orang sakit dengan cara menempelkan ibu jarinya ke lidah beliau, lalu menempelkannya ke tanah seraya berdoa :

بِسْمِ اللهِ تُرْبَةُ أَرْضِنَا بِرِيْقَةِ بَعْضِنَا يَشْفِي مَرِيْضَنَا بِإِذْنِ رَبِّنَا

“Dengan menyebut nama Allah, ini adalah tanah dari bumi kami, dengan menggunakan liur sebagian dari kami, Dia akan menyembuhkan orang yang sakit dari kami dengan izin Tuhan kami”


Kemudian diusapkan pada bagian yang sakit, hal seperti itulah yang diajarkan oleh Rasulullah.
Selanjutnya hari Minggu yang akan datang acara kita bersama TV One Insyaallah, Alhamdulillah TV One mulai ketagihan, mudah-mudahan ketagihan terus, bukan berarti kita mau selalu tampil di televisi, tapi kita ingin menjadi perantara untuk orang lain supaya mengenal dan asyik dengan dzikir “Ya Allah”, karena dzikir “Ya Allah” itu disebut dengan Sulthan Ad dzikr (Raja dari setiap dzikr) . Dikatakan oleh As Syaikh Abdul Qadir Al Jailani AR, bahwa Al ism al a’zham itu adalah “Allah”, oleh sebab itu sangatlah luhur memperbanyak dzikir ini, terlebih lagi mereka yang tidak bisa hadir di mejelis ta’lim dan bisanya hanya menonton televisi, maka sungguh luhur acara yang seperti ini, dan yang ada waktu dan kesempatan silahkan datang juga sampaikan kepada teman-temannya yang lain.

Selanjutnya kita berdzikir bersama, menyatukan satu kalimat, menyatukan seluruh hajat kita, semoga Allah menghapus seluruh dosa kita dan menambahkan seluruh kenikmatan yang akan datang pada kita di dunia dan akhirah,, tidak ada yang bisa melakukan semua itu kecuali Allah subhanahu wata’ala…

فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا

Ucapkanlah bersama-sama

يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ


sumber : disini
ReadmorePemimpin Yang Muslim

TuneUp 2011


Link Download : Tuneup2011
ReadmoreTuneUp 2011

CINTA RASULULLAH TERHADAP UMATNYA

Islam sampai kepada kita saat ini tidak lain berkat jasa Baginda Rasulullah Muhammad Saw sebagai sosok penyampai risalah Allah yang benar dan di ridhai. Dan nanti di padang mahsyar, tiap umat Islam pasti akan meminta syafa’at dari beliau dan menginginkan berada di barisan beliau. Namun, pengakuan tidaklah cukup sekedar pengakuan. Pasti yang mengaku umat beliau akan berusaha mengikuti jejak beliau dengan jalan mengikuti sunnah-sunnah beliau dan senantiasa membasahi bibir ini dengan mendoakan beliau dengan cara memperbanyak shalawat kepada Rasulullah

Sejarah tak akan mampu mengingkari betapa indahnya akhlak dan budi pekerti Rasulullah tercinta, Sayyidina Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam hingga salah seorang istri beliau, Sayyidatina Aisyah mengatakan bahwa akhlak Rasulullah adalah “Al-Qur’an”. Tidak satu perkataan Rasulullah merupakan implementasi dari hawa nafsu beliau, melainkan adalah berasal dari wahyu ilahi. Begitu halus dan lembutnya perilaku keseharian beliau. Rasulullah adalah sosok yang mandiri dengan sifat tawadhu’ yang tiada tandingnya.

Beliau pernah menjahit sendiri pakaiannya yang koyak tanpa harus menyuruh istrinya. Dalam berkeluarga, beliau adalah sosok yang ringan tangan dan tidak segan-segan untuk membantu pekerjaan istrinya di dapur. Selain itu dikisahkan bahwa beliau tiada merasa canggung makan disamping seorang tua yang penuh kudis, kotor lagi miskin. Beliau adalah sosok yang paling sabar dimana ketika itu pernah kain beliau ditarik oleh seorang Badui hingga membekas merah dilehernya, namun beliau hanya diam dan tidak marah.

Dalam satu riwayat dikisahkan bahwa ketika beliau mengimami shalat berjamaah, para sahabat mendapati seolah-olah setiap beliau berpindah rukun terasa susah sekali dan terdengar bunyi yang aneh. Seusai sholat, salah seorang sahabat, Sayyidina Umar bin Khatthab bertanya, “Ya Rasulullah, kami melihat seolah-olah baginda menanggung penderitaan yang amat berat. Sedang sakitkah engkau ya Rasulullah?.” “Tidak ya Umar. Alhamdulillah aku sehat dan segar.” Jawab Rasulullah. “Ya Rasulullah, mengapa setiap kali Baginda menggerakkan tubuh, kami mendengar seolah-olah sendi-sendi tubuh baginda saling bergesekkan? Kami yakin baginda sedang sakit”. Desak Sayyidina Umar penuh cemas.

Akhirnya, Rasulullah pun mengangkat jubahnya. Para sahabatpun terkejut ketika mendapati perut Rasulullah yang kempis tengah di lilit oleh sehelai kain yang berisi batu kerikil sebagai penahan rasa lapar. Ternyata, batu-batu kerikil itulah yang menimbulkan bunyi aneh setiap kali tubuh Rasulullah bergerak. Para sahabat pun berkata, “Ya Rasulullah, adakah bila baginda menyatakan lapar dan tidak punya makanan, kami tidak akan mendapatkannya untuk tuan?.” Baginda Rasulullah pun menjawab dengan lembut, “Tidak para sahabatku. Aku tahu, apapun akan kalian korbankan demi Rasulmu. Tetapi, apa jawabanku nanti dihadapan Allah, apabila aku sebagai pemimpin, menjadi beban bagi umatnya? Biarlah rasa lapar ini sebagai hadiah dari Allah buatku, agar kelak umatku tak ada yang kelaparan di dunia ini, lebih-lebih di akhirat nanti.

Teramat agung pribadi Rasulullah sehingga para sahabat yang ditanya oleh seorang Badui tentang akhlak beliau hanya mampu menangis karena tak sanggup untuk menggambarkan betapa mulia akhlak beliau. Beliau diutus tidak lain untuk menyempurnakan akhlak manusia dan sebagai suri tauladan yang baik sepanjang zaman.

Saudaraku, sungguh kehadiran Rasulullah adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia lewat segala hal yang beliau contohkan kepada umat manusia. Beliau tidak pernah pandang bulu dalam hal menghargai manusia, penuh kasih sayang, tidak pernah mendendam, malahan beliau pernah menangis ketika mengetahui bahwa balasan kekafiran adalah neraka yang menyala-nyala hingga menginginkan umat manusia untuk meng-esakan Allah.

Cukup kiranya beliau yang jadi suri tauladan kita, umat Islam khususnya yang hari ini sebagian sudah sangat jauh dari akhlak Rasulullah, baik dalam tindakan maupun perkataan yang menyejukkan. apa yang dikatakan oleh seorang sastrawan Pakistan, Muhammad Iqbal dalam salah satu karyanya dapat kita jadikan renungan bersama dimana beliau berkata: “Barangsiapa yang mengaku umat Nabi Muhammad, hendaklah berakhlak seperti beliau (Nabi Muhammad)”.

Dalam salah satu hadits dikatakan bahwa “Belum beriman seseorang sehingga aku (Rasulullah Muhammad Saw) lebih dicintainya daripada ayahnya, anak-anaknya dan seluruh manusia” (HR. Bukhari). Kita tidak tahu apakah nanti akan diakui Rasulullah sebagai umatnya atau tidak kelak di yaumul qiamah. Namun satu yang pasti bahwa semua ingin berada di barisan beliau. maka, marilah kita sama-sama berusaha untuk mengikuti akhlak beliau semampu diri kita, sebagai suri tauladan kita yang utama, memperbanyak ucapan sholawat untuknya, membela sunnahnya, bukan malah membelakanginya (mari berlindung dari hal demikian), sebagai bagian dari rasa cinta kita terhadapnya.

Mari kita sampaikan salam dan shalawat kepada Rasulullah, yang dengannya kita akan peroleh cinta dan Syafa’atnya kelak di yaumul mahsyar. insya Allah…Amiin.
ReadmoreCINTA RASULULLAH TERHADAP UMATNYA

Dimanakah Allah Bersemayam


Sungguh tidak benar bila dikatakan kalau Baginda Harun Al Rasyid itu bukan seorang ahli pikir.Hal ini terbukti dari cara beliau berkata, mengajukan pertanyaan dan tahu kapan harus bicara atau diam.Bahkan baginda itu cermat dalam bertindak.
Meskipun Baginda Harun al Rasyid terkenal cerdik, namun beliau tidak segan-segan bertanya apabila memang tidak mengerti.
Suatu contoh saja misalnya ketika Baginda Harun menunaikan ibadah haji.Beliau bertanya dalam hati kenapa orang berputar-putar mengelilingi Ka'bah Baitullah.Padahal orang yang menunaikan ibadah haji adalah tamu Allah.
Kenapa kalau sebagai tamu Allah tidak dipersilahkan masuk ke dalam Baitullah satu persatu.Pertanyaan ini belum terpecahkan hingga Baginda kembali ke Baghdad Irak.
Untuk kesekian kalinya, Abu Nawas dipanggil ke istana untuk menghadap Baginda Raja.Kemudian Baginda bertanya,"Wahai Abu Nawas, apakah arti Ka'bah Baitullah?""Ka'bah Rumah Allah, Paduka yang mulia." jawab Abu Nawas.
"Sebagai apakah orang yang menunaikan ibadah haji itu?" tanya Baginda selanjutnya."Sebagai tamu Allah, Tuanku yang mulia." jawab Abu Nawas.
"Kalau mereka sebagai tamu Allah mengapa tidak dipersilahkan masuk saja ke dalam Baitullah?" tanya Baginda lagi."Baitullah hanyalah sebagai lambang." kata Abu Nawas.
"Kalau begitu dimanakah Allah bersemayam?" tanya Baginda ingin tahu."Di dalam hati orang mukmin.Karena tidak ada suatu ruang yang bagaimanapun luasnya mampu menampung Dzat Allah kecuali hati orang mukmin.Qalbul Mukmin Baitullah (hati orang mukmin adalah rumah Allah)," jawab Abu Nawas menjelaskan.
"Mengapa Baitullah dijadikan kiblat?" tanya Baginda."Untuk memudahkan pemahaman orang awam, Paduka yang mulia." kata Abu Nawas.
"Baitullah itu terlihat mata.Dari itu shalat syariat kiblatnya adalah Baitullah, yang waktunya ditentukan dan dengan bacaan tertentu pula.Sedangkan shalat tharikat kiblatnya hati, waktunya bisa setiap saat dan bacaannya dzikir kepada Allah," Abu Nawas menjelaskan.
Baginda Raja Harun pun puas dengan jawaban Abu Nawas.
ReadmoreDimanakah Allah Bersemayam

Pendeta dan Ahli Yoga

Karena seorang ahli yoga sangat membenci Abunawas, maka dengan segala cara dia memperdaya Abu Nawas ini hingga akhirnya mempunyai ide untuk mengajak seorang pendeta untuk bersekongkol.
Setelah mencapai kata sepakat antara Pendeta dan Ahli Yoga, mereka berangkat menemui Abu Nawas di kediamannya.

Ketika mereka datang, Abu Nawas sedang melakukan shalat Dhuha (shalat sunnah di pagi hari untuk umat Islam).
Setelah dipersilahkan masuk oleh istrinya, mereka pun masuk dan menunggu sambil berbincang-bincang dengan santainya.

Seusai Shalat, Abunawas menemuiku mereka dan bercakap-cakap sejenak.
"Kami sebenarnya ingin mengajak engkau melakukan pengembaraan suci.
kalau engkau tidak keberatan, bergabunglah bersama kami," kata Ahli Yoga.
"Dengan senang hati. Lalu kapan rencananya?" tanya Abu Nawas dengan polos.
"Besok pagi," kata Pendeta.
"Baiklah kalau begitu, kita bertem di warung teh besok pagi," kata Abu Nawas menyanggupi.

Agama Islam sangat menghormati pemeluk agama lain, karena Rasululullah SAW mengajarkan demikian.
Pada hari berikutnya mereka berangkat bersama.
Abu Nawas mengenakan jubah seorang Sufi.
Ahli Yoga dan Pendeta mengenakan seragam keagamaan mereka masing-masing.
Di tengah jalan, mereka mulai diserang rasa lapar karena mereka memang sengaja tidak membawa bekal.

"Hai Abu Nawas, bagaimanakah kalau engkau saja yang mengumpulkan derma untuk membeli makanan untuk kita bertiga. Karena kami akan mengadakan kebaktian," kata Pendeta.
Tanpa banyak bicara lagi, Abu Nawas berangkat mencari dan mengumpulkan derma dari satu dusun ke dusun lainnya.
Setelah derma terkumpul, Abu Nawas membeli makanan secukupnya untuk mereka bertiga.

Setelah itu Abu Nawas kembali lagi ke Pendeta dan Ahli Yoga dengan membawa makanan.
karena sudah tak sanggup menahan rasa lapar, Abu Nawas berkata,
"Mari segera kita bagi makanan ini sekarang juga."
"Jangan sekarang, kami sedang berpuasa," kata ahli yoga.
"Tetapi aku hanya menginginkan bagianku saja, sedangkan kalian ya terserah pada kalian," kata Abu Nawas.

"Aku tidak setuju, kita harus seirama dalam berbuat apapun," kata pendeta.
"Betul...aku pun tidak setuju karena waktu makanku besok pagi. Besok pagi aku baru akan berbuka," kata ahli yoga.
"Hai...bukankah aku yang kalian jadikan alat pencari derma, dan derma itu sekarang telah aku tukarkan dengan makanan. Sekarang kalian malah tidak mengijinkan aku untuk mengambil bagianku sendiri, itu tidak masuk akal," kata Abu Nawas mulai merasa jengkel.

Namun begitu pendeta dan ahli yoga tetap bersikeras tidak mengijinkan Abu Nawas untuk mengambil bagian yang sudah menjadi haknya.
Abu Nawas penasaran, ia mencoba sekali lagi meyakinkan kawan-kawannya agar mengijinkan ia memakan bagiannya.
Tetapi mereka tetap saja menolak.

Abunawas benar-benar merasa jengkel dan marah.
Namun Abu Nawas tidak memperlihatkan sedikitpun kejengkelan dan kemarahannya itu.
"Bagaimana kalau kita mengadakan perjanjian," kata pendeta kepada abunawas.
"Perjanjian apa?" tanya AbuNawas.
"Kita adakan lomba, barang siapa diantara kita bermimpi paling indah maka ia akan mendapat bagian yang terbanyak, yang kedua lebih sedikit dan yang terburuk akan mendapat paling sedikit," kata pendeta mejelaskan.

Abu Nawas setuju.
Ia tidak memberi komentar apa-apa.
Malam semakin larut, embun mulai turun ke bumi.
Pendeta dan ahli yoga mengantuk dan tidur.
Abu Nawas tidak bisa tidur karena perutnya lapar.
Dia hanya pura-pura saja tidur untuk mengelabui kawannya.

Setelah merasa yakin kawan-kawannya sudah tertidur lelap, Abu Nawas menghampiri makanan itu.
Tanpa pikir dua kali, Abu Nawas memakan habis makanan itu hingga tidak tersisa sedikit pun.
Setelah kenyang, barulah Abu Nawas bisa tidur.

Keesokan harinya, mereka bangun hampir bersamaan.
Ahli yoga dengan wajah yang berseri-seri bercerita,
"Tadi malam aku bermimpi memasuki sebuah taman yang mirip sekali dengan Nirwana. Aku merasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya dalam hidup ini."

Pendeta mengatakan bahwa mimpi ahli yoga benar-benar menakjubkan, benar-benar luar biasa.
Kini giliran pendeta yang bercerita.
"Aku seolah-olah menembus ruang dan waktu. Dan ternyata memang benar. Aku tidak sengaja berhasil menyusup ke masa silam dimana pendiri agamaku hidup.
Aku bertemu dengan beliau dan yang lebih membahagiakan adalah aku diberkatinya."

Ahli Yoga juga memuji-muji kehebatan mimpi pendeta.
Abu Nawas hanya diam.
Ia bahkan tidak tertarik sedikitpun.
Karena Abu Nawas belum buka mulut juga, pendeta dan ahli yoga mulai menanyakan mimpi Abu Nawas.
Akhirnya Abunawas mulai bercerita setelah didesak oleh kawan-kawannya.

"Kalian tentu tahu Nabi Daud a.s kan...Beliau adalah seorang Nabi yang ahli berpuasa.
tadi malam aku bermimpi berbincang-bincang dengan beliau dan beliau menaykana apakah aku berpuasa atau tidak.
Aku katakan aku berpuasa karena aku memang tidak makan sejak dini hari, kemudian beliau menyuruhku agar segera berbuka karena hari sudah malam.
Tentu saja aku tidak berani mengabaikan perintah beliau.
Aku segera bangun dari tidur dan langsung menghabiskan makanan itu," kata Abu Nawas tanpa punya perasaan salah sedikitpun.

Sambil menahan rasa lapar yang sangat, pendeta dan ahli yoga saling berpandangan satu sama lain.
kejengkelan Abu Nawas terobati sudah.
kini mereka berdua sadar bahwa mempermainkan Abu Nawas sama halnya dengan menyusahkan diri sendiri.
ReadmorePendeta dan Ahli Yoga

Harus Bisa Bertelur

Sudah bertahun lamanya Baginda ini selalu punya banyak ide untuk menjebak Abu Nawas dan ingin memenjarakannya, namun selalu saja gagal.
Kali ini Baginda punya siasat jitu dan dia bisa memastikan kalau Abunawas akan terperangkap dalam permainannya.

Suatu sore ketika Baginda berendam di dalam kolam, ia berkata kepada para menterinya.
"Aku punya akal untuk menjebak Abu Nawas."
"Apakah itu wahai paduka yang mulia?" tanya salah seorang menteri.
"Kalian tak usah tahu dulu. Aku hanya ingin kalian datang lebih dini besok sore ke kolam ini. Jangan lupa datanglah sebelum Abunawas datang, karena aku akan mengundangnya untuk mandi bersama-sama kita," jelas Baginda.

Akhirnya keesokan harinya Baginda dan para menteri telah dulu datang sebelum Abu Nawas.
Baginda membagikan 20 butir telur ayam kepada para menterinya, sedangkan yang satu untuk Baginda sendiri.Pengarahan telah diberikan dan dilaksanakan oleh para menteri untuk menjebak Abu Nawas.

Ketika Abu Nawas datang, Bainda beserta para menteri sudah terlebih dahulu berendam di dalam kolam.
Abu Nawas disuruh ikut berendam saat itu juga.
Abu Nawas harap-harap cemas, kira-kira permainan apa yang akan dia hadapi, mungkin permainan kali ini akan lebih berat karena Baginda tidak memberinya tenggang waktu untuk berfikir.
Begitu guman Abu Nawas.

"Hai Abu Nawas, aku mengndangmu mandi bersama karena ingin mengajak engkau ikut dalam permainan kami."
"Permainan apakah itu Paduka yang mulia?" tanya Abu Nawas.
"Kita sekali-kali melakukan sesuatu yang secara alami hanya bisa dilakukan oleh binatang.
Sebagai manusia kita harus bisa dengan carakita masing-masing," kata Baginda senyum.

"Hamba belum mengerti Baginda yang mulia," kata Abu Nawas takut.
"Masing-masing dari kita harus bisa bertelur seperti ayam, dan barang siapa yang tidak bisa bertelur maka ia harus dihukum," jelas Baginda.

Abu Nawas tidak bisa berkata apa-apa, wajahnya murungdan ia yakin dirinya tidak dapat bertelur.
"Nah sekarang apalagi yang kita tunggu, kita menyelam lalu naik ke atas sambil menunjukkan telur kita masing-masing," perintah Baginda.

Baginda dan para menteri mulai menyelam, kemudian naik ke atas sambil menunjukkan telur.
Abu Nawas masih saja di dalam kolam untuk bertelur, hiks hiks...
Abu Nawas sadar kalau Baginda dan para menteri telah mempersiapkan telur untuk masing-masing.
Karena belum ada seorang manusia pun yang bisa bertelur.
Tak kuat menyelam terlalu lama, Abu Nawas akhirnya naik ke permukaan dan menepi.
baginda langsung menghampirinya.
"Ampun Tuanku yang mulia, hamba tidak bisa bertelur seperti Baginda dan para menteri," kata Abu Nawas sambil membungkuk hormat.
"Kalau begitu engkau harus dihukum," kata Baginda bangga.

"Tunggu dulu wahai Tuanku yang mulia," kata Abu Nawas memohon.
"Apalagi hai Abu Nawas," tanya Baginda tidak sabar.
"Paduka yang mulia, sebelumnya ijinkan hambba membela diri, sebenarnya kalau hamba tentu mampu, akan tetapi hamba merasa menjadi ayam jantan maka hamba tidak bisa bertelur.
Hanya Ayam betina saja yang bisa bertelur," jelas Abu Nawas.

Tentu saja Raja tidak bisa berkata apa-apa, wajahnya terlihat malu,jadi semua yang membawa telur tadi ayam betina donk jadinya...
Abu Nawas memang licin.
Karena malu, Raja dan para menteri segera berpakaian, kemudian langsung menuju istana tanpa sepatah kata.

Abu Nawas sendiri tak mengira kalau dirinya bakal lolos dari jebakan Baginda yang satu ini.
ReadmoreHarus Bisa Bertelur